Pada 17 Januari 2018 saya kedatangan tamu. Yang datang adalah H. Ajid, pekebun durian dan pemilik lapak durian terkenal di Pandeglang, Banten, yaitu Durian Jatohan Ajid (DJA). Ia ditemani Iwan Subakti, seorang penjelajah durian dan pengurus Yayasan Durian Indonesia (YDI). Kedatangan kali ini H. Ajid membawa tiga buah durian.
Ajid mengatakan kalau durian yang ia bawa namanya si bintang. Mendengar nama durian itu sungguh mengejutkan. Pada Februari 2016 saya berburu durian ke Pandeglang dan bertemu Ajid. Ketika itu ia bercerita tentang keistimewaan si bintang. Durian itu menjadi rebutan para maniak durian karena rasanya yang sangat enak.
Bahkan, ia sampai bertengkar dengan seorang pelanggan yang ingin memborong seluruh durian si bintang, termasuk yang masih di pohon. Harganya gak tanggung-tanggung, hingga Rp150.000 per buah. Padahal, sekali musim berbuah, durian si bintang bisa menghasilkan hingga 400 buah. Artinya Rp60-juta di depan mata Ajid.
Meski tawarannya sangat menggiurkan, Ajid lagi-lagi menolak. Sayangnya ketika itu saya gagal mencicipi durian si bintang karena buahnya masih muda. Pucuk dicinta ulam tiba, pada musim durian kali ini Ajid membawa si bintang yang sudah matang. Itu berarti, saya bisa mencicipi duian yang fenomenal itu.
Meski berharga fantastis, kata Ajid si bintang tetap laris manis!. Seolah ingin meyakinkan saya, ia pun memperlihatkan sebuah pesan singkat ke saya. Di situ tertulis agar Ajid mengirim si bintang sebanyak 20 buah. Lokasi si pemesan di daerah Menteng, Jakarta Selatan. Dari lokasi rumah si pemesan saja saya bisa menaksir kalau dia duitnya ngga berseri. Saya pun makin tidak sabar untuk segera mencecap si raja buah itu.Â
Setelah Ajid pulang, saya pun bergegas membuka salah satu buah. Dari aromanya si bintang itu matang pohon. Begitu terbuka aroma tajam durian langsung memenuhi ruangan. Daging buah tampak atraktif, yakni berdaging kuning. Saya pun mengambil salah satu pongge, dan hap... Mmm... tekstur daging buahnya lembut tanpa serat dan sedikit lengket sehingga agak susah untuk ditelan.
Rasanya dominan manis dengan sedikit rasa pahit. Memang layak kalau sampai laku dengan harga Rp500.000 per buah, meski dari segi rasa masih belum menyamai musang king dan ochee alias duri hitam yang pernah saya cicipi di Malaysia.
Sebetulnya tak hanya si bintang durian enak dari kebun Ajid. Pada 2016 saya berkunjung ke kebun Ajid di wilayah Anyer, Kabupaten Serang, Banten. Salah satunya yang pernah saya cicip adalah si bolu yang daging buahnya berwarna kuning. Saat digigit daging buah terasa lembut dengan sedikit berserat.
Warna daging buah si blue band kalah kuning dibandingkan si bolu. Namun, saat mencicip rasa blue band lebih unggul daripada si bolu. Daging buahnya lebih lengket, tapi sama-sama sedikit berserat. Pada bagian antara biji dan daging buah terdapat selaput yang terasa renyah, tapi tidak terlalu tebal. Citarasa si blue band dominan manis.Â
Ia menyerupakan dengan gabus karena sosok pongge si ketan bayong memanjang, tidak membulat seperti si bolu atau si blue band. Saat mencicip tekstur daging buahnya memang lengket dan nyaris tanpa serat. Rasanya manis dan sedikit pahit di ujung.
Contohnya nama Kecamatan Kaduhejo, Desa Kaduela dan Kaduengang di Kecamatan Cadasari, Desa Kadubelang dan Kadujangkung di Kecamatan Mekarjaya, serta Desa Kadubale, Kadulimus, dan Kadumaneuh di Kecamatan Banjar. Buat warga Jabodetabek sentra durian di Pandeglang dan Serang bisa menjadi tujuan untuk "berburu" durian enak. Toh lokasinya dekat dengan Jakarta. Tertarik untuk datang?***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H