Pada tanggal 17 Agustus 2023 kemarin Negara kita memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke 78, di usia yang sudah tidak muda lagi, jika kita masuk usia 78 biasanya sudah di titik yang sudah matang dan sudah masuk pada fase dimana orang tersebut menikmati hidupnya berkumpul dengan anak bercanda dengan cucu, menikmati Teh hangat di pagi hari dan minum kopi di sore hari setelah berjuang menghadapi kerasnya dunia untuk menghidupi keluarga, merdeka dari segala hiruk pikuk dunia yang fana, tinggal ibadah dengan khusu dan memperbanyak amal ibadah untuk menghadap yang kuasa nanti, tanpa ada tekanan dari manapun.
Lalu sebenarnya apa arti merdeka yang sesungguhnya ? Merdeka dalam bahasa Sanskerta adalah  maharddhika yang berarti kaya, sejahtera dan kuat, bebas dari segala belenggu (kekangan), aturan, dan kekuasaan dari pihak tertentu. Makna kemerdekaan yang sesungguhnya dalam islam ialah ketika seseorang mampu berada dalam fitrahnya terbebas dari belenggu dalam menjalani kehidupannya yang sesuai tuntunan agama, dalam islam secara tersirat setidaknya ada ayat yang berbicara tentang kemerdekaan, makna kemerdekaan pada kisah perjalanan spritual Nabi Ibrahim alaihissalam dalam mencari Tuhan (QS al-An'am ayat 76-79) Allah SWT Berfirman yang artinya :
"Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam"
"Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat"
"Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan"
"Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan"
(Q.S Al-An'am 76-79)
Perjalanan spiritual tersebut merupakan upaya Nabi Ibrahim untuk membebaskan hidupnya dari keyakinan yang diyakininya keliru, yaitu keyakinan nenek moyangnya menyembah berhala.
Pada haji wada, Rasulullah SAW menyampaikan pesan kemerdekaan dalam khutbahnya, yang artinya :
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya darah dan hartamu haram bagimu satu dengan yang lain kecuali dengan jalan yang sah, sampai kamu sekalian berjumpa dengan Allah, sebagaimana keharaman atasmu pada harimu ini, pada bulanmu ini, dan di negerimu ini" (HR Bukhari).