Di atas arus air, kita berharap air akan membawa kita ke tempat yang menyenangkan. Padahal disadari atau tidak, di tengah-tengah perjalanan pun, kita sudah disuguhkan dengan hantaman batu-batu terjal, onak dan duri, bahkan jurang, yang sewaktu-waktu bisa menghempaskan kita. Tentu kita tidak mau bukan?
Lalu, apakah kita harus selalu melawan dan menentang arus air? Haruskah kita bertelanjang dada menahan kekuatan air yang terkadang dahsyat itu? Bukankah itu justru akan membahayakan keselamatan kita? Lalu bagaimana kita menyikapinya?
Rencana dan Langkah Pertama
Menurut saya, terpenting hidup kita memiliki rencana, memiliki cita-cita, dan memiliki impian. Kebahagiaan itu perlu direncanakan. Kesuksesan itu perlu perencanaan yang matang. Keberhasilan itu perlu kesiapan yang terukur. Seperti halnya ketika kita ingin pergi ke puncak gunung. Kita sudah membayangkan bagaimana perjalanan yang akan kita tempuh.Â
Bagaimana medannya, cuacanya, waktu tempuhnya, dan gangguan-gangguan yang akan mengancam. Tentu kita akan menyiapkan sebaik mungkin dengan perbekalan yang akan kita bawa. Harapannya, bekal yang kita siapkan jauh-jauh hari bisa mengatasi semua rintangan yang dihadapi.
Oleh karena itu, perencanaan yang kita buat untuk hidup kita, ibaratnya kita sedang menaruh mahkota menara di suatu ketinggian dan kita sedang meniti satu per satu tangga yang menuju ke sana. Perencanaan hidup yang kita buat inilah yang akhirnya memunculkan strategi-strategi untuk mencapainya.Â
Dalam strategi inilah, apakah kita akan ikut air mengalir atau justru menerjang derasnya air. Semua bisa kita tempuh selama mendekatkan kita pada menara tujuan yang kita raih. Dan air mengalir ini saya gambarkan sebagai takdir Tuhan. Tuhan bisa saja membawa kita ke muara pantai yang indah dan menyenangkan, tetapi Tuhan bisa juga membawa kita ke comberan yang kotor, berbau dan menjijikkan.
Sebagaimana keyakinan kita, Tuhan telah menuliskan atau menakdirkan kita untuk menjadi apa, seperti apa, dan bagaimana. Bahkan Tuhan telah menggariskan hidup kita, apakah bahagia atau susah, kaya atau miskin, sukses atau gagal, dan untung atau celaka. Hanya saja, kita tak pernah tahu akan takdir Tuhan.Â
Kita tak tahu sedikit pun tentang persisnya seperti apa masa depan kita. Kita tak bisa memastikan apakah cita-cita kita bakal terwujud atau tidak. Dan kita juga tak pernah tahu seperti apa akhir hidup kita kelak. Jangankan cita-cita kita yang masih panjang, satu hari esok yang akan kita alami pun, kita tak pernah tahu.
Tugas kita adalah membuat rencana, memilih strategi, dan melakukan langkah pertama. Di perjalanan hidup, kita akan dihadapkan pada persimpangan dan jalan bercabang.Â
Kita harus bisa memilih. Dan pilihan kita adalah jalan yang menuju pada rencana dan tujuan kita. Ketika derasnya arus air mengarahkan kita pada jurang, tentu dengan sekuat tenaga kita melawan dan menerjang arus, agar kita bisa selamat. Pegangan yang menjadi tumpuan kita saat melawan arus, adalah bekal yang sudah kita siapkan untuk memulai langkah pertama dalam perjalanan panjang kita.