Mohon tunggu...
Imam Subkhan
Imam Subkhan Mohon Tunggu... Penulis - Author, public speaker, content creator

Aktif di dunia kehumasan atau public relations, pengelola lembaga pelatihan SDM pendidikan, dan aktif menulis di berbagai media, baik cetak maupun online. Sekarang rajin bikin konten-konten video, silakan kunjungi channel YouTube Imam Subkhan. Kreativitas dan inovasi dibutuhkan untuk menegakkan kebenaran yang membawa maslahat umat. Kritik dan saran silakan ke: imamsubkhan77@gmail.com atau whatsapp: 081548399001

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Prabowo dan Kubunya Ingin Obati Rasa Kecewa

20 April 2019   08:13 Diperbarui: 20 April 2019   09:21 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: KompasTV

MENGHIBUR DAN MEMBESARKAN HATI UMAT PENDUKUNG

Mengapa Prabowo dan pendukungnya, terutama kalangan ulama 212 begitu yakin dan nekadnya untuk mendeklarasikan kemenangan dalam pilpres kali ini, bahkan sampai melakukan sujud kemenangan berkali-kali, menurut analisis saya, karena ingin menghibur dan membesarkan hati umat Islam, terutama yang fanatik terhadap pasangan 02.

Boleh jadi, pertarungan pilpres kali ini, tak sekadar pertarungan atau adu ideologi, program, strategi, dan personalitas sosok Prabowo dan Jokowi, tetapi juga pertarungan ikhtiar dan doa para ulama dan habib, yang juga berada di barisan masing-masing pasangan. Tak hanya, kubu Prabowo yang selama ini mengandalkan ijtima' ulama dan habib, tetapi kubu Jokowi pun terdapat para ulama dan habib, terutama dari kalangan nahdiyin (NU), karena di samping Jokowi, ada calon wapres dari ulama, yakni Ma'ruf Amin.

Saya menyebutnya, pilpres ini sebagai "Pertarungan Langit", artinya ikhtiar dan doa dari kubu siapa yang akan lebih didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT. Dan kubu 02 merasa tidak terima, jika yang menang adalah 01 atau Jokowi, karena kubu 02 merasa lebih taat, lebih beriman, dan lebih bertakwa di hadapan Allah. Kubu Prabowo, merasa para pendukungnya adalah orang-orang yang baik dan bersih, sehingga doa-doanya mestinya lebih diperhatikan oleh Allah SWT. Tampaknya mereka tidak siap untuk sebuah kekalahan (ini seandainya 02 kalah, karena masih menunggu perhitungan KPU).

Oleh karena itu, meskipun belum resmi penetapan dari KPU, tentang siapa yang akan menang dalam pilpres 2019, tetapi mereka nekad dan berani untuk merayakan kemenangan Prabowo, bahkan menggunakan panggung besar. Mereka seolah-olah "kalap" karena semua lembaga survei memenangkan Jokowi dengan metode hitung cepatnya. Bahkan mereka menyebut lembaga survei ini sebagai pembohong dan abal-abal. Padahal, saya masih ingat betul, ketika Anis-Sandi dinyatakan menang oleh lembaga survei berdasarkan quick qount pada pilkada DKI, mereka pun langsung percaya dan merayakan kemenangannya.

Menurut saya, lembaga survei memiliki metodologi yang ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, meskipun dengan teknik sampling (pengambilan sampel secara random/acak dan keterwakilan daerah). Dalam dunia riset, tetap saja ada margin of error-nya, entah 0,5 atau 1 persen. Hal itu lumrah dalam dunia penelitian.

Jadi kesimpulannya, mengapa Prabowo dan pendukungnya tetap merayakan kemenangannya, karena tak ingin umat kecewa, malu, dan hilang kepercayaan terhadap ulamanya. Meskipun nanti KPU boleh jadi tak memenangkannya, mereka TETAP MERASA MENANG untuk selama-lamanya. Mereka yakin, Allah-lah yang telah memenangkannya, bukan manusia di muka bumi. Mereka menganggap, bahwa pilpres kali ini adalah curang dan tidak sahih hasilnya. Mereka merasa dizalimi oleh manusia-manusia angkara yang ada di KPU dan pemerintah. Dan mungkin, mereka selamanya akan menganggap Prabowo-lah yang menjadi presiden untuk Indonesia, bukan yang lainnya.

Jadi menurut saya, ya sudahlah, di negara demokrasi ini, semua itu wajar, tidak usah ditanggapi terlalu serius. Terpenting, masing-masing kubu tidak melakukan tindakan-tindakan atau manuver yang bisa membahayakan bagi persatuan bangsa ini, misalnya dengan melakukan perlawanan fisik atau kudeta. Oleh karena itu, tetaplah menjadi Indonesia meskipun kita banyak perbedaan, termasuk dalam hal berpolitik. Kita telah berpengalaman bertahun-tahun dalam kehidupan politik yang sangat dinamis. Toh kenyataannya, kita mampu melewatinya dan mampu menjaga Indonesia ini tetap utuh dan berdaulat. Terpenting, siapa pun presidennya yang dinyatakan resmi menang, harus bisa membawa bangsa ini lebih sejahtera dalam keadilan dan keridaan Tuhan. SEMOGA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun