Mohon tunggu...
Imam Subechi
Imam Subechi Mohon Tunggu... -

Mengajar di Mts Swasta Yapena, Lhokseumawe. Aceh

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Prioritaskan Akhirat Tuk Hidup Kekal,tapi Tak Lupakan Dunia Sebagai Ladang Amalanmu

3 Juli 2017   22:02 Diperbarui: 4 Juli 2017   07:10 2602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doa di atas sering dipanjatkan oleh orang yang beriman kepada Allah ta'ala, maka tidak bisa dipungkiri lagi bahwa prinsip prioritas seorang muslim adalah akhirat. Maka usaha untuk hidup baik di akhirat tidak lain melainkan mesti mengikuti aturan dan tatanan yang dibuat oleh Allah ta’ala dan Rasul-Nya. Bagaimana agar hidup dalam kebaikan dunia dan akhirat ?

Ketika kita dihadapkan dengan prinsip prioritas akhirat , maka segala tindakan yang mengarah kepada rusaknya bahagia hidup di akhirat mesti dijauhi. Contohnya, seseorang diajak korupsi secara berjamaah di sebuah instansi atau program tertentu, maka disaat itu ia harus memilih untuk menghindari dengan segala kemampuan imannya. Walaupun ia harus menerima konsukuensinya karena menolak bergabung dalam tindakan asusila ini. Konsukuensi bisa berupa intimidasi, dicap sebagai orang bodoh tak ingin duit, tak ikuti zaman, atau dimutasi ke tempat lain bahkan yang lebih lagi diisolasi dari pergaulan seperti sediakala. 

Prinsip ini perlu diprioritaskan bagi seseorang yang mengedepankan kehidupan akhirat dari pada dunianya, walaupun dunia itu diperlukannya untuk kelangsungan aktivitas sehari-hari. Secara akal, yang kekal lebih diutamakan dari pada yang fana. Namun mengapa masih ada yang memproritaskan dunia dari akhirat. Seseorang yang lebih memprioritaskan dunia akan lebih bergantung dengan dunia. Dalam otaknya hanya rasa tamak mengumpulkan harta. Ia akan menempuh segala cara baik cara halal atau haram guna mencapai target kekayaan finansial di dunia yang fana ini.

Sebenarnya berapa umur dunia bagi tiap individu? Dalam sebuah hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ  ذَلِكَ “. هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ

” Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Umur umatku kisaran 60 sampai 70 tahun dan sedikit dari mereka yang lebih darinya ” HR. Tirmidzi dengan derajat hadits hasan gharib. Dengan umur yang sangat singkat, maka jangan menyia-nyiakan untuk selalu taat beribadah kepada Allah ta’ala dalam segala lini kehidupan. Kekayaan yang dicari hanyalah untuk membantu ketaatan kita kepada Allah seperti membayar zakat, meringankan beban orang lain, haji, umrah dan bentuk ibadah lain yang memerlukan biaya.

Ingatlah bahwa dunia itu bukan prioritas orang mukmin, maka janganlah bersedih hati jika kekayaannya tidak sebanding dengan orang lain karena Allah ta’ala yang mengatur rizkinya. Siapapun yang mencari rizki Allah akan memberinya dan ada juga tanpa susah payah mencarinya, Allah juga memberinya dengan jumlah yang tak terhingga.  Maka yakinlah bahwa rizki itu di tangan Allah ta’ala bukan di tangan manusia. Tugas tiap kita adalah mencari yang halal lagi baik. Jangan pernah berfikir bahwa kita tidak akan diberi rizki jika mencari dengan usaha yang halal. Inilah prioritas dalam menggapai rizki yaitu selalu berusaha menjemput rizki yang halal lagi baik.

Kekayaan perlu dicari dengan cara yang baik pula, maka hartanya akan berkah bermanfaat untuk dirinya dan orang banyak.  Dan akan banyak manusia yang mencintainya. Justru jika kekayaan yang melimpah ruah tetapi dari hasil menipu atau curang maka yang didapat adalah cibiran dan menimbulkan kecurigaan dari banyak orang sehingga hartanya hanya akan menyiksa kehidupannya. Ia tidak akan pernah puas, selaku akan tamak. Tidak memberi peluang kepada orang lain sedikitpun. Dan beranggapan bahwa ia akan hidup selamanya di dunia ini. 

Finansial Anda telah dijamin oleh Allah sejak zaman belum dilahirkan di dunia ini. Maka orang yang cerdas itu adalah seseorang menyiapkan amalannya untuk kehidupan akhirat, bukan malah mengumpulkan harta dunia hanya sekedar memuaskan nafsu tapi melupakan hak dirinya dan orang lain. Sungguh merugi jikalau hidup ini cuma cari DUIT ,tapi akhirnya hanya menghasilkan kesedihan dan kehinaan tidak menggapai tujuan hidup yang sebenarnya. Semoga bermanfaat, selamat bagi yang sedang menempuh kebaikan..

www.jenius.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun