Asep juga rupanya menjadi saksi bagaimana Prof Heri mengukir prestasi. Asep, yang notabene seniornya, kagum dengan pencapaian juniornya itu ketika berhasil menempuh studi ke Jepang.
"Lama saya tak jumpa. Di akhir 1999, saya jumpa lagi dengan beliau di kosan saya di Kober Jalan Margonda. Ia menyatakan akan sekolah Strata Dua di Jepang dengan beasiswa.
"Sebagai yang lebih senior dan sama-sama orang Sunda, saya sangat gembira. Ada anak Sunda, asal Sukabumi yang punya semangat belajar luar biasa. Saya pun sesungguhnya sedang berjuang untuk kuliah S2 dan S3 ke Jepang. Selalu gagal. Tetapi anak Sukabumi berhasil menembusnya. Masya Allah!!!"
Potret kebaikan dan keteguhan Heri juga terlihat kala rekan sejawatnya menghadapi situasi sulit. Asep lantas menceritakan bagaimana kondisinya ketika itu tengah diuji.
Tahun 2008, Asep tengah sakit tipus. Terkapar di rumah: sendirian (karena Istri sedang tugas belajar S3 di Korea sambil mengasuh anak pertama).
"Uang kontan tak ada. Jadi harus pergi ke ATM untuk mengambil uang tersebut. Kebetulan ada Junarto (yunior saya di FISIP UI) menelpon saya. Saya langsung bilang: boleh engga pinjam uang untuk kebutuhan sehari-hari. Dia bilang boleh dan bisa. Dan akan meminta kawannya yang tinggal hanya beda RW dengan saya untuk mengantarnya."
"Ternyata yang mengantar adalah Dr. Heri. Doktor muda yang baru selesai dari Jepang. Ia mengetuk pintu dan mengantarkan uang yang saya butuhkan ke rumah saya tersebut."
Doa Untuk Calon Rektor UI
Asep tak kaget dengan prestasi yang diraih Prof Heri sekarang. Integritas dan dedikasi Dekan FT UI itu memang sudah terbentuk sedari mahasiswa. Â
"Beberapa tahun kemudaian saya saksikan karir akademik anak Sukabumi ini terus melesat. Saya pernah melihat wajahnya dipajang di baliho Direktorat Penelitian dan Pengabdian UI tahun 2011 sebagai Dosen yang memiliki program pengabdian masyarakat paling kreatif."
"Beberapa tahun kemudian beliau menjadi Kepala DRPM UI, dan membrifieng saya (yang dahulu lebih senior) ketika saya mengajukan hibah penerbitkan artikel Scopus. Akhirnya, awal tahun 2024, saya bertemu dengan beliau saat jalan pagi antara FISIP UI dan FEB UI. Ia masih menegor saya dengan ramah (padahal lama sekali tak jumpa). Kemudian kami saling berfoto. Prof Heri yang mengambil swafoto."