[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Sumber : Pelitaonline"][/caption]
Menarik membaca kalimat Ketua Fraksi Partai Hanura, Syarifuddin Suding mengenai suara-suara kader yang mendesak ketua Bapilu Hanura, Hary Tanoesoedibjo untuk mundur dari Hanura. Pernyataan Suding ini cukup keras, namun kenyataan berpolitik kita saat ini memang begitu. (http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/04/30/114850/2569616/1562/sudding-yang-desak-ht-mundur-caleg-gagal-modal-dengkul?9922032 )
Dari sekian banyak calon legislative yang diusung partai politik, banyak caleg-caleg tersebut yang hanya menumpang cari makan dengan menjadi calon legislative. Bahkan diantaranya banyak bermimpi menang tanpa turun menemui konstituen
Di tengah maraknya politik uang, calon legislative ini juga seharusnya turun menemui konstituen, tidak hanya duduk di belakang meja kemudian berkoar-koar. Bahkan diantaranya pasca pemilihan umum legislative April lalu. Bersuara setelah dirinya dinyatakan tidak lolos ke menjadi wakil rakyat
Rusak Sejak Dari Mental
Bagaimana mungkin menang jika tidak pernah turun menjumpai konstituen? setelah gagal kemudian menyalahkan orang lain..
Caleg-caleg seperti ini tidak sedikit di tubuh partai politik, berharap partai member makan kemudian mendanani operasional untuk menang menjadi wakil rakyat. Mustahil di era saat ini karena kader adalah mesin partai yang seharusnya bekerja.
Kalimat Suding di atas seperti sebuah kesimpulan dari hiruk pikuk politik saat ini. bagaimana tidak, diketahui dalam internal partai Hanura ada kader-kader yang hanya mampu bicara namun tidak memiliki kontribusi. Perhatikan 3 Nama yang belakang ini muncul memanfaatkan pemberitaan media. ada nama Yuddy Chrisnandi yang dibuang oleh partai Golkar kemudian ditampung oleh Hanura dan terakhir ada naman kristiwanto. Yuddy Chrisnandi dan Kristiawanto adalah caleg-calag Hanura yang gagal yang baru bersuara pasca pemilu selesai digelar.
Seharusnya benalu-benalu seperti ini dibuang dari tubuh partai politik agar partai yang akhir-akhir ini mendapat antipasti publik bisa berjalan lebih sehat.
Dalam tubuh organisasi semua mesin harus bekerja, tidak dibutuhkan orang-orang yang hanya bisa berbicara tanpa bisa berbuat apa-apa.
Rusak sejak dari mental politikus ini harus disembuhkan dengan cara dibinasakan dari kancah politik. agar rakyat benar-benar bisa memilih yang terbaik dari yang baik, bukan dari elit-elit yang numpang makan dan buka lapak di tubuh partai politik.
Kita berharap ke depan, warna politik kita bergerak dinamis dengan orang-orang yang penuh semangat kerja, agar arah perjalanan bangsa ini pun bisa berjalan dengan baik.
Harapannya, ketertinggalan kita sebagai bangsa di banyak sisi kehidupan bisa digenjot lebih maksimal. Â Tidak saatnya perang wacana, hari ini perang kerja. Jika bangsa ini ingin tumbuh besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H