Mohon tunggu...
Imam Solehudin
Imam Solehudin Mohon Tunggu... -

Nama saya Imam Solehudin saya berasal dari kota Purworejo Jawa Tengah. Lahir di Purworejo 15 November 1996. Sekarang menempuh study di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Prodi Ilmu Komunikasi. Seorang dengan hidup yang sederhana yeeee. Fans Superman Is Dead Juga cheers dan Endank Soekamti too88zzt. Tapi jangan lupa follow IG ya : imamimamso :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Awas dan Hati-hati!

23 Desember 2015   12:14 Diperbarui: 23 Desember 2015   13:27 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Palang pintu perlintasan kereta menjadi hal yang sangat wajib ada di setiap titik perlintasan kereta karena tentu perannya begitu vital bagi keselamatan pengguna jalan. Bagaimana tidak, kereta yang melintas setiap saat tentu tidak dapat diketahui dan diperkirakan oleh seseorang yang hendak lewat. Orang hanya akan lewat dan memotong jalur kereta ketika melihat situasi yang dirasa aman. Pertanyaanya apakah peglihatan dan pendengaran kita cukup untuk menjamin diri kita selamat melewati perlintasan kereta ? Terkadang justru mata kita tidak dapat melihat datangnya kereta api dan juga telinga kita tidak dapat mendengar rambu dari kereta (klakson kereta) yang diberikan waktu itu juga. Faktornya banyak. Pernah mengalami hal seperti ini ? Silahkan di share. 

Menjelang hari “Natal dan Tahun Baru” arus transportasi semakin ramai saja apalagi ditambah liburan anak sekolah akhir semester. Anak sekolah libur, mereka study tour. Anak kuliah libur, mereka mudik ke kampung halaman. Orang dengan berbagai kepentingan banyak bepergian dan menggunakan kendaraan motor, mobil, bus, kereta dan sebagainya. Arus kendaraan akan semakin ramai beberapa hari mendatang. Tentu jaminan keselamatan harus ditingkatkan pula.

 

Ini Problemya

Dari daerah Kebumen paling timur yaitu Prembun tepatnya di daerah Dadap Tulak. Terlihat perlintasan kereta api  yang ramai dilalui kendaraan akan tetapi tidak terlihat ada pengamanan yang standar dengan situasi jalanan. Padahal jalan tersebut cukup ramai dilalui berbagai kendaraan seperti angkutan kota dan desa, bus dari yang kecil sampai yang besar, motor becak serta sepeda tak ketinggalan.  Kabarnya, tak jarang di daerah tersebut sering nyawa yang melayang akibat beradu dengan laju kereta. Palang pintu tak ada, lalu apa lagi ? petugas penjaga juga tak terlihat, bunyi “Ting-tong, ting-tong” apalagi.

Sebelumya saya berfikir logis jika di daerah lain masih ada perlintasan kereta yang belum ada palang pintunya, mungkin itu sebabnya di daerah Dadap Tulak tersebut juga demikian. Namun ini menjadi konyol “Wagu” ketika justru tak jauh dari lokasi tersebut terlihat jalan yang memiliki palang pintu kereta padahal jika dibandingkan arus lalu lintasnya relatif lebih sedikit dari lokasi yang ada di Dadap Tulak tersebut, memang itu didekat Stasiun Kereta Api Prembun. Sampai berita ini dibuat belum ada pengamanan yang memadai dari lokasi tersebut walaupun rambu berbentuk tulisan "Stop" bertebaran dan terkadang warga yang turun tangan sebagai relawan.

 

Awas Perlintasan Kereta !

Pengamanan perlintasan kereta api sebetulnya banyak versinya mulai dari berbentuk palang pintu seperti yang terlihat di jalan raya pada umumnya, berbentuk seperti jembatan layang diatas jalan, menggunakan tenaga manual (orang) dan sebagainya yang jelas ada jaminan akan keselamatan setiap orang yang melintas.

 

Hati-hati Perlintasan Kereta !

Anda pasti sering mendengar berita kecelakaan tertabrak kereta dengan berbagai faktor dan bermacam peryataan dari saksi. Namun yang sering saya dengar adalah “Orangnya sudah diperingati tetapi masih nyelonong saja” itu peryataan saksi. Lalu ini peryataan saksi lainya “Keretanya tiba-tiba saja lewat tanpa ada tanda-tanda” itu peryataan saksi sekaligus yang bersangkutan terlibat dalam kejadian.

 

Perlintasan Kereta itu Ngeri !

Sedikit cerita waktu masih sekolah dasar (SD) saya bersama beberapa teman berjalan menyusuri rel kereta untuk menyeberangi sungai. Ya, menyeberangi sungai lewat jembatan tetapi jembatan kereta api. Saat beberapa teman saya sampai pada ujung jembatan (selesai menyeberangi jembatan) namun ketika itu saya tertingal karena kurang terbiasa berjalan melewati kayu penyangga rel satu – persatu dan saat itu posisi saya di tengah perjalanan. Mendadak ada suara kereta api (klakson) namun begitu dipandang benar – benar tidak ada wujudnya itu kereta api, dan hanya rel kereta yang sejajar saya pandang ke dua arah sekalipun. Suara itu semakin keras dan wujudnya kian tak terlihat walhasil saya memutuskan untuk kembali ke posisi awal (tidak jadi menyeberangi sungai) dengan berjalan agak cepat. Saya ingat betul berjalan merunduk cepat mendadak suara tadi hilang. Setelah sampai di posisi awal dan masih berdiri pada posisi ditengah rel, sempat melihat sekali lagi dan memastikan tak ada wujud kereta api. Namun inilah ngerinya, belum ada lima langkah turun dari rel itu, "Wush" lokomotif lewat tepat dibelakang saya. Lalu ini faktor apa ? Pikirankah ? Keidakpekaan mata ? Atau faktor ghaib ? Silahkan dinilai dan ditelaah secara kritis

Siapa bilang perlintasan kereta ngeri ? buktinya para anak muda banyak yang foto di perlintasan kereta bahkan sampai tiduran segala.

Siapa bilang perlintasan kereta ngeri ? buktinya lebih banyak orang selamat menerobos palang pintu kereta yang tertutup.

Siapa bilang perlintasan kereta ngeri ? buktinya anak sekolah banyak yang selamat sampai sekolah lewat menyusuri rel kereta api.

Siapa bilang perlintasan kereta ngeri ? buktinya saya masih bisa menulis artikel ini.

 

Saya Imam Solehudin melaporkan.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun