Mohon tunggu...
Imam Saputra
Imam Saputra Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Imam saputra

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengelolaan Perilaku Siswa Berkebutuhan Khusus

9 Juli 2021   18:55 Diperbarui: 9 Juli 2021   19:07 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PENGELOLAAN PERILAKU SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS

Berperilaku adalah bertindak atau bermaksud dengan cara tertentu (webster new ideal dictionary). Perilaku dapat berupa gerak reflek yang tidak direncanakan (kedipan mata), memiliki tujuan (menyapa orang), gerak tubuh sederhana (seperti ketika duduk) sampai pada gerakan kompleks (menari, drama).

Bagaimana Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus ?

Cara yang paling mudah untuk melakukan skrening pada anak berkebutuhan khusus adalah melihat perilakunya. Tidak ada perilaku yang baik atau buruk namun kualitasnya dapat ditentukan dengan faktor usia, waktu, dan tempat perilaku itu muncul. Contohnya perilaku tidak berpakaian di kamar mandi ketika akan mandi maka itu normal. Tetapi bila dilakukan di tempat umum maka tidak dapat diterima.

Bagaimana Asumsi dalam Perilaku ?

Perilaku merupakan sesuatu yang dipelajari, tidak permanen namun dapat dilatih, diajarkan dan dirubah atau dimodifikasi. Sebagian besar perilaku merupakan hasil dari rangsangan tertentu.

Apa saja Prinsip Dasar dalam Perilaku ?

Perilaku Lemah (Behavioral Defisit) 

Seorang siswa memiliki perilaku lemah jika ia gagal dalam menunjukkan suatu perilaku yang dianggap sesuai dengan usia tertentu, waktu dan tempat . Pada pemberian rangsang, siswa gagal merespon secara tepat yang meliputi :  

Frekuensi yang diinginkan 

Intensitas yang mencukupi 

Dalam bentuk yang tidak wajar 

Terjadi pada kondisi sosial yang umumnya diterima (kanfer & saslow)  

Perilaku Berlebihan 

Perilaku berlebihan muncul pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Perlu dipahami bahwa perilaku pada anak tersebut juga dimiliki oleh anak pada umumnya sehingga mereka bukan anak yang berbahaya. 

Perilaku yang Membutuhkan Penanganan Itu Seperti Apa ? 

Yaitu Secara terus menerus mempengaruhi proses belajar, Mempengaruhi proses belajar anak lain, Mengganggu kelas dan menyulitkan proses belajar, Mengganggu kelancaran kegiatan sehari-hari baik yang dilakukan anak, anggota keluarga atau tetangga seperti yang dikeluhkan orang tua. 

Mengapa Anak Menunjukkan Perilaku yang Tidak Diinginkan ? 

Karena mereka Mencari perhatian, Ketidakmampuan untuk memperoleh yang diinginkan, Menghindar/lari dari suatu kegiatan/orang tertentu, Kebutuhan akan rangsangan dari dalam, Ketidakmampuan untuk dipahami (khususnya pada anak-anak yang menggunakan komunikasi nonverbal).

Untuk mengetahui motif/sebab seorang anak melakukan perilaku yang tidak diinginkan dapat menggunakan skala motivasi perilaku.  

Apa saja tahapan dalam melakukan pengelolaan perilaku ?

Pengelolaan perilaku dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 

Mengenali masalah perilaku. 

Hal ini dilakukan dengan cara Memilih salah satu masalah perilaku pada anak, Melakukan asesmen dengan menggunakan skala motivasi. Skala ini hanya untuk menskrening bukan untuk mengakses, Anak special dan memiliki kesulitan dalam berkomunikasi yaitu Ketika anak tidak memiliki kemampuan mengkomunikasikan secara verbal, maka anak bisa bertukar pesan tanpa bicara, hanya dengan gerakan agar yang dimaksud bisa kita pahami. 

Tetapi saat guru atau teman lain mengajaknya berkomunikasi, sebaiknya tetap berbicara menggunakan lisan seperti biasanya dengan jelas, pelan dan singkat agar anak ikut belajar berkomunikasi. 

Mengamati lingkungan kejadian (kapan, dimana, dengan siapa, mengapa dan apa yang terjadi berikutnya). 

Mengamati lingkungan kejadian dengan menggunakan asesmen perilaku fungsional menggunakan metode ABC (antecendent, behaviour, dan consequence). Hal ini diperlukan dalam rangka menemukan maksud/penyebab dari sasaran perilaku.

Prioritas sasaran perilaku yang akan dimodifikasi 

Modifikasi perilaku merupakan penerapan teori belajar operant conditioning untuk mengubah perilaku. Operan conditioning ditemukan oleh dr B.F skinner mengacu pada hubungan antara kejadian di lingkungan yang berdampak pada perubahan spesifik perilaku yang ingin diubah. Menurut Skinner tingkah laku bukanlah sekedar respon terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant. Operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. Jadi operant conditioning atau operant learning itu melibatkan pengendalian konsekuensi.

Membuat Tujuan 

Guru perlu menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam membuat program modifikasi perilaku yang akan diberikan kepada siswa yang dituju. 

 e) Merencanakan strategi  

1. Strategi guru dalam melakukan modifikasi perilaku pada siswa sebagai berikut : 

a. Pembentukan (shaping)

Shaping adalah pemberian penguatan pada keberhasilan pencapaian langkah-langkah kecil hingga pada akhirnya tujuan utama tercapai. Kuncinya pencapaian awal menuju ketrampilan tujuan adalah memberikan penguatan anak pada penguasaan awal dan dihilangkan pada penguasaan kemampuan di hari berikutnya. Pembentukan digunakan untuk mengajarkan keterampilan baru (contoh: makan sendiri, mandi, menulis, menyelesaikan tugas) 

b. Rangkaian (chaining) 

Chaining meliputi perilaku yang muncul saling berhubungan. Contoh: keterampilan makan sendiri, dapat terdiri dari mencuci tangan, mengatur makanan di meja makan, menyajikan, makan dan membersihkan meja. setiap ketrampilan dapat diajarakan terpisah atau secara bersamaan sebagai rangkaian perilaku. 

c. Pemberian contoh ( modeling) 

Modelling dapat diajarkan pada anak karena sangat mudah dilakukan (khususnya pada sesuatu yang konkret) disamping mudah dilihat juga dapat langsung dilakukan.

Pemberian petunjuk dan pengurangan berangsur-angsur (prompting and fading) 

Prompt adalah setiap stimulus yang diberikan untuk memunculkan perilaku target sedangkan Fading merupakan petunjuk yang diberikan perlahan-lahan dikurangi ketika rangsangan utama mulai efektif dalam membentuk perilaku sasaran. Anak tidak bergantung pada bahasa verbal dari guru maka saatnya untuk mengurangi (fading).  

Kontrak pada keadaan yang tak terduga (contingency contracting) 

Contingency contracting merupakan perjanjian antara guru-murid tentang perilaku yang diinginkan dimana sasaran dan konsekuensi pencapaian siswa harus tertulis secara spesifik. Hal ini bisa diterapkan pada seseorang maupun kelompok.  

Tanda penghargaan (token economy) 

Tanda penghargaan berlaku sebagai penguatan sekunder, dan tanda tersebut dapat ditukar dengan hadiah yang beraneka ragam. Tanda penghargaan dapat berupa: bintang, smiley face, pin dan benda menarik lainnya yang tidak dapat ditiru oleh anak. Misalnya : Ada yang learning disability sering absen ke sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun