Mohon tunggu...
Imam Rahmanto
Imam Rahmanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Coffee addict

Cappuccino-addict | Es Tontong-addict | Writing-addict | Freelance

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca, ya Membaca!

22 Oktober 2014   14:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:08 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelebihannya membaca novel dimana? Di samping memberikan hiburan (film di alam bawah sadar), penulis yang cerdas akan menyisipkan ilmu pengetahuan maupun filosofi hidup di dalamnya. Romansa dan drama, hanya bumbu yang mengiringi pesan utamanya.

Cara terbaik untuk mendidik tanpa menggurui adalah dengan bercerita. Itulah mengapa, orang tua di zaman dulu mendidik anaknya dengan membacakan dongeng sebelum tidur. Lantas, kemana kebiasaan itu kini? Nyaris punah! Anak-anak sekarang lebih senang menonton tivi sampai ketiduran. Dan film-filmnya yang sekelas GGS = Ganteng-ganteng Serigala = Ganteng-ganteng SetanG = Gudang Garam Surya. Euhhh...

Olehnya itu, saya lebih senang membaca (atau mendengar) cerita. Tak peduli novel ataupun komik. Setiap minggu saya bahkan menjadi pembaca setia manga One Piece, Naruto, Bleach, dan Fairy Tail. Pun, kelak, ketika sudah berkeluarga, saya ingin mengajarkan budi pekerti hidup pada anak-anak melalui dongeng-dongeng sebelum tidur. It’s called family time…

Saya mempelajari banyak hal dari membaca buku. Saya jadi tahu bahwa dunia tak benar-benar selebar daun kelor saja. Saya jadi tahu dunia mana saja yang menarik untuk dikunjungi. Saya jadi tahu bermacam-macam karakter manusia. Dan untuk bekal menulis, saya memperbaharui setiap perbendaharaan kosa-kata saya. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik.

Meski, kata teman, saya terlalu banyak berkhayal sebagai akibat dari kebanyakan membaca buku. Saya justru memikirkan “ke-tak-biasa-an” atas setiap hal yang saya jalani. Kreativitas dibangun atas pemikiran-pemikiran yang tak terpikirkan orang lain. Percabangan neuron di otak saya malah bertambah! Yeah, imajinasi!

“Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited to all we now know and understand, while imagination embraces the entire world, and all there ever will be to know and understand.” --Albert Einstein


“Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Pengetahuan hanya terbatas pada apa yang kita ketahui dan pahami. Sementara imajinasi meliputi seluruh jagat raya, dan segala hal yang akan kita ketahui dan pahami.”

Lagi-lagi, saya harus menekankan, membaca buku tak erat kaitannya dengan membaca hati! Dalam teori kombinasi Matematika, keduanya berlaku saling-lepas. Oleh karena itu, membaca ya membaca. Persoalan tentang hingga saya yang hingga kini masih dalam status jomblo single, itu perkara pribadi dong! Karena sejujurnya saya masih terlalu hati-hati dan antipati.

Kelak, saya akan mencocokkan diri dengan orang-orang yang gemar membaca. Mereka yang tidak suka membaca, takkan mampu membaca pikiran saya. Karena sebenar-benarnya perasaan dan pikiran seorang penulis, adalah yang dituangkan lewat tulisannya…

--Imam Rahmanto--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun