Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... Jurnalis - penulis

hobi travel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Klampok: Suara Itu Lagi (6)

22 November 2024   06:00 Diperbarui: 10 Desember 2024   20:43 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Azan subuh terdengar cukup kencang dari masjid yang ada di seberang hotel. Padahal, jaraknya ke hotel ini cukup jauh. Kalau berjalan kaki, memakan waktu 45 menit. Tapi kalau menggunakan ojek sepeda motor, sekitar 12 menit.

Menara kembar masjid yang terlihat terang oleh lampu warna-warni diwaktu malam, semakin menawan. Warna keemasan di puncak menara, dan kubah masjid terlihat cantik, dan menggetarkan dada.

Azan subuh ini membangunkan Joy, yang dengan mata berat melirik jam yang ada di meja, dibawah televisi di dinding depan ranjang hotel. Jam 4 kurang, sudah azan subuh. Woo, ini kan di Jawa Timur, tentu waktu sholat lebih cepat ketimbang di Jakarta, yang posisi geografisnya lebih ke barat, dibandingkan Kota Malang.

Joy pun bergegas bangun, lantas mengguyur badannya di shower dengan air hangat yang memancar deras. Segar rasanya. Semalam, sebelum tidur Joy sempat berendam di bathtub selama setengah jam lebih, dan ditambah menyalakan aroma terapi wangi bunga melati. Namun pagi ini, dengan agak sedikit terburu-buru, Joy menyabuni seluruh badan dengan sabun hotel yang menebar aroma Bunga Melati dan Kayu Cendana. Perpaduan keduanya, membuat badan terasa makin segar. Aroma khas Kayu Cendana bisa mengurangi kekhawatiran dan menghilangkan stres.

Pembuat parfum senior dari Givaudan, Jacques Huclier asal Amerika Serikat mengungkapkan, wangi Kayu Cendana cenderung halus dan seperti kayu manis. Kayu Cendana, sejarahnya cukup panjang dan telah lama digunakan dalam tradisi Ayurveda sebagai parfum dan dupa.

Cendana dihasilkan dari pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya, sejak lama digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad.

Konon di Sri Lanka, kayu ini digunakan untuk membalsam jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor, meskipun sekarang bisa ditemukan pula di Pulau Jawa dan pulau-pulau lain di kawasan Nusa Tenggara.

Cendana, sebetulnya termasuk tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah, cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.

Kayu cendana wangi (Santalum album) kini sangat langka dan harganya sangat mahal. Di Indonesia, kayu cendana dari Timor juga sangat dihargai. Sebagai gantinya sejumlah pakar aromaterapi dan parfum menggunakan kayu cendana jenggi (Santalum spicatum). Kedua jenis kayu ini, berbeda konsentrasi bahan kimia yang dikandungnya, dan oleh karena itu kadar harumnya pun berbeda.

Kayu cendana sering pula dipergunakan sebagai obat alternatif untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan. Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni, juga digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda, dan untuk menghilangkan rasa cemas.

Ayurveda merupakan salah suatu metode pengobatan tertua di dunia. Metode ini, mulai di praktikan di India sejak ribuan tahun lalu. Dalam prinsip metode pengobatan Ayurveda, kesehatan manusia dipengaruhi oleh keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan jiwa manusia itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun