Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan besar di Lahat, Sumatera Selatan, 17 Desember 1972. Baru keluar kampung ketika kuliah di jurusan Ilmu Politik, FISIP-Universitas Indonesia, tahun 1992. Lulus dari kampus Depok tahun 1997, sejak itu melanglang di dunia jurnalistik sampai sekarang. Hidup ini seperti ikan yang berenang di sungai Lematang. Kala sungai banjir, terpaksa menepi. Disaat lain, sungai tampak jernih, udara sejuk, cahaya matahari cerah, bisa berkeliling sungai. Namun, baik banjir maupun tenang, mendung ataupun cerah, semuanya bagian kehidupan yang mestinya dijalani dengan senang dan sabar. Akan sangat senang kalau ada yang mau berteman, hubungi: mamprihadiyoko@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyusuri Sebagian Jejak Islam di Pulau Jawa

9 Mei 2016   12:36 Diperbarui: 9 Mei 2016   12:55 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

KH Abdul Kholiq menjelaskan bahwa pondok pesantren Bahrul ‘Ulum merupakan salah satu pondok pesantren tertua di Jawa, yang pada bulan juni 2016 mendatang akan merayakan miladnya ke 191. “Di pondok ini terdapat masjid yang tiangnya dibawa langsung oleh almarhum KH Wahab Hasbullah pendiri pondok dari pendopo kabupaten dengan cikar,” ujar Abdul Kholiq yang kemudian mengajak berkeliling pondok dan memperlihatkan tempat-tempat bersejarah di dalam pondok pesantren Bahrul ‘Ulum yang dikenal juga sebagai pondok tambakberas.

Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri KH Abdullah Kafabihi Mahrus yang pengurus harian Syuriyah PBNU menegaskan betapa PBNU, kiai dan pondok pesantrennya merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Begitu juga dengan Islam dan sejumlah tradisi yang melekat di masyarakat.

“Semua tradisi Islam yang hidup di masyarakat dan amat dekat dengan NU, merupakan tradisi yang harus dilestarikan. Tradisi yang disebar oleh wali songo, seperti sawalan, itu memang khas Indonesia. Termasuk tradisi halal bi halal, di Arab tidak dikenal,” ujar KH Abdullah Kafabihi Mahrus yang menegaskan bahwa NU menjadi penjaga tradisi keislaman nusantara yang toleran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun