Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan besar di Lahat, Sumatera Selatan, 17 Desember 1972. Baru keluar kampung ketika kuliah di jurusan Ilmu Politik, FISIP-Universitas Indonesia, tahun 1992. Lulus dari kampus Depok tahun 1997, sejak itu melanglang di dunia jurnalistik sampai sekarang. Hidup ini seperti ikan yang berenang di sungai Lematang. Kala sungai banjir, terpaksa menepi. Disaat lain, sungai tampak jernih, udara sejuk, cahaya matahari cerah, bisa berkeliling sungai. Namun, baik banjir maupun tenang, mendung ataupun cerah, semuanya bagian kehidupan yang mestinya dijalani dengan senang dan sabar. Akan sangat senang kalau ada yang mau berteman, hubungi: mamprihadiyoko@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Moderat Islam

23 Juli 2013   17:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:09 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah sudahlah, tidak perlu dibicarakan lagi," ujar seorang teman ketika ormas Islam dan sebagian Muslim di negeri ini memperlihatkan sikap intoleran. Padahal Nabi Muhammad SAW jelas mengajarkan tentang tasamuh (toleran) pada orang yang berbeda pandang.

Sedih, sudah pasti. Disaat banyak orang sudah berfikir memajukan "ummat" nya dengan kesejahteraan ekonomi, pencapaian ilmu pengetahuan yang moempuni, kok masih ada yang belum beranjak dari problem ketidakpercayaan diri ummat (meminjam istilah Prof Din Syamsuddin, ketua umum PP Muhammadiyah).

Prihatin, melihat ada sebagian Moslem yang mengangkat simbol Islam untuk membenarkan aksi kekerasan, dan bahkan menyerang kelompok yang masih dalam keluarga besar Moslem juga. Bukankah Nabi Muhammad SAW juga mengingatkan bahwa ummat Islam itu satu kesatuan. Satu dicolek semua merasa ikut dicolek. Satu terluka, semua ikut bersedih. Apakah ini berarti perintah Nabi Muhammad tidak didengar lagi oleh ummat Nya, yang celakanya mengaku sebagai ummat terpilih Rasulullah SAW. Apakah lupa, kalau Nabi Muhammad SAW menegaskan "innama bu'itstu liutammima makarimal akhlaq," Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Masih maraknya sikap kaum Moslem Indonesia yang memperlihatkan akhlak rendah, bahkan pada sesama Moslem, sesungguhnya menjadi bukti bahwa masih banyak saudara Moslem Indonesia yang belum mengukuhkan etika dan moralitas dalam berperilaku.

"ah sudahlah, malas saya membahasnya lagi," ujar seorang teman,  mengulangi lagi pernyataannya. Membuat anganku terhenti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun