Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan besar di Lahat, Sumatera Selatan, 17 Desember 1972. Baru keluar kampung ketika kuliah di jurusan Ilmu Politik, FISIP-Universitas Indonesia, tahun 1992. Lulus dari kampus Depok tahun 1997, sejak itu melanglang di dunia jurnalistik sampai sekarang. Hidup ini seperti ikan yang berenang di sungai Lematang. Kala sungai banjir, terpaksa menepi. Disaat lain, sungai tampak jernih, udara sejuk, cahaya matahari cerah, bisa berkeliling sungai. Namun, baik banjir maupun tenang, mendung ataupun cerah, semuanya bagian kehidupan yang mestinya dijalani dengan senang dan sabar. Akan sangat senang kalau ada yang mau berteman, hubungi: mamprihadiyoko@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pancasila Kiri

26 Maret 2011   16:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:24 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pancasila adalah kiri? Oleh karena apa? Terutama sekali karena di dalam Pancasila adalah unsur keadilan sosial. Pancasila adalah antikapitalisme. Pancasiala adalah anti-exploitation de l'homme par l'homme. Karena itulah Pancasila kiri.

Jangan kira kiri is allen maar antiimperialisme. Jangan kira kiri hanya antiimperialisme, tetapi kira juga anti uitbuiting. Kiri juga menghendaki satu masyarakat yang adil dan makmur, di dalam arti tiada kapitalisme, tiada exploitation exploitation de l'homme par l'homme.

Ja, als jullie mij nog lusten, behoudt mij ! Als jullie mij nit luste, gooi mij maar weg als. (Ya, kalau kalian masih suka saya, pertahankanlah saya! Kalau kalian tidak suka lagi, buanglah saya !)

Inilah sepenggal pidato Presiden Soekarno pada sidang Kabinet Dwikora di Bogor, 6 November 1965, yang mengusik keingintahuan saya yang lain. Sebuah keingintahuan yang akhirnya mendorong saya mencari-cari arsip lama tentang pidato-pidato Soekarno yang tidak sempat saya nikmati langsung. Saya sedang ingin merasakan sebuah semangat kebangsaan, dan semangat untuk membentuk gerakan maju ditengah gempuran ketidaksetujuan masyarakat yang dipolitisiir.

Saya bisa merasakan sebuah letupan semangat untuk tetap menggalang persatuan dan mengajak masyarakat berpikir jernih, ditengah meluasnya desakan untuk membubarkan PKI dan semua unsur lainnya yang dianggap kiri. Disaat sulit inipun, Soekarno memberikan pembelaan pada menteri-menterinya yang mendapat tudingan berat dan didesakkan untuk mundur. Pada akhirnya, kita semua tahu akhir dari epilog sejarah ini. Soekarno pun dimundurkan, namun ia tidak tetap memberikan pembelaan pada orang-orang yang diangkatnya menjadi pembantunya di kabinet.

Saya tidak ingin mengorek luka lama sejarah bangsa ini. Namun, sebetulnya hanya tersentuh saja bagaimana seorang pemimpin mampu memperlihatkan kualitas kepemimpinan pribadinya dengan tegas dan jelas. Soekarno memberikan posisi yang jelas terhadap anggota kabinetnya.

Diawal pidatonya itu, Soekarno mengatakan, mungkin akan lebih enak kalau saya kutip saja secara lengkap apa yang disampaikan Soekarno.

"Bismillah, sidang saya buka !"

Soebandrio apa ada disini ? -- (dijawab ada-red)

Soedara Oei Tjoe Tat ada disini? --(terdengar jawaba ada -red)

Saya menanyakan secara senda gurau apakah Soebandrio ada di sini, apakah Oei Tjoe Tat ada di sini, oleh karena di luar macam-macam desakan dan suara: Soebandrio harus di retool ! Oei Tjoe Tat harus dikeluarkan ! Soebandrio harus didepak dari Kabinet Dwikora. Oei Tjoe Tat katanya telah dibebaskan dari beberapa tugasnya oleh Presidium, dan nada daripada pemberitaan mengenai Oei Tjoe Tat itu ialah Oei Tjoe tat pun harus dikeluardan dari Kabinet.

Saya sekarang memberitahukan kepada Saudara-saudara semua, seluruh Menteri-menteri Kabinet bahwa Soebandrio tidak saya keluarkan dari Kabinet. Dan bahwa Oei Tjoe Tat tidak saya keluarkan dari kabinet. Soebandrio tetap mendampingi saya sebagai Menteri Luar Negeri dan Waperdam I, wakil perdana menteri I, dan Oei Tjoe Tat tetap menteri yang saya perbantukan kepada Presidium.

Saya perlu beritahukan hal ini kepada Saudara-saudara, oleh karena waktu belakangan ini, Saudara-saudara, aduh, aduh, aduh, aduh, macam-macam ucapan, macam-macam pengutaraan-pengutaraan yang sebagai pernah saya sinyalir lebih dahulu, berpokok semuanya pada penunggangan oelh sesuatu pihak atas keadaan-keadaan waktu sekarang.

Saya tahu siapa yang menggembor-gemborkan, baik dengan lisan maupun dengan bisik-bisik, maupun dengan plakat-plakat, maupun dengan coretan-coretan di tembok-tembok, maupun dengan pernyataan-pernyataan menghendaki agar supaya Soebandrio ditendang dari Kabinet Dwikora. Saya tahu, dan saypyn menganalisi hal demikian sedalam-dalamnya.

Sesudah saya menganalisis, maka saya sampai kepada konklusi bahwa desakan kepada saya untuk mendepak Soebandrio itu tidak bersih daripada penunggangan. Oleh karena itu, maka saya pun dengan tegas berkata, sebagaimana saya pun tempo hari berkata di sini, ben je bedonderd, dat ik mijn Kabinet ga laten demissioneren (apa kamu gila, dikira saya akan membubarkan kabinet saya ini). Ya itu ucapan saya sesudah diadakannya oleh sesuatu pihak Dewan Revolusi. Pada waktu itu, di sini saya berkata dengan tegas ben je bedonderd. Pada waktu itu saya memakai bahasa Belanda, oleh karena ik kan het best vloeken in het Nederlands. (karena saya paling fasih memaki-maki dalam bahasa Belanda). Ben je bedonderd, dat ik mijn Kabinet laat demissioneren! Maka saya sekarang berkata: ben je bedonderd, dat ik Soebendrio et uit ga trappen dari Kabinet. Tidak, ia tetap Waperdam I, tetap Menteri Luar Negeri saya. Tetap ! dan kepada beberapa kawan saya telah berkata pula dengan terang-terangan, dan ini pun diketahui oleh dunia luara, bahwan di beaamd, diiyakan oleh dunia luaran bahwa Indonesia, dan saya katakan ini tidak untuk lekker maken (membuat suasana menyenangkan) Soebandrio, Indonesia selama merdeka ini 20 tahun, belum pernah mempunyai Menteri Luar Negeri yang demikian throught-nya, artinya tegas, lengkap, cakap, sebagai Soebandrio. Ini saya katakan niet om ben lekker te maken, tidak ! Tetapi sebagai satu pernyataan saya sebagai Presiden, sebagai Panglima Tertinggi, sebagai Pemimpin Besar Revolusi. Dan pihak nekolim baik Inggris maupun Amerika maupun nekolim yan glain telah juga mengadakan pernyataan bisik-bisik yang saya dengar, belum pernah mereka menghadapi sesuatu menteri luar negeri, terutama sekali dari Indonesia, yang begitu gigih antinekolim seperti Soebandrio.

Maka oleh karena itu, saudara-saudara, oleh karean saya Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi, maka dengan semua cacat yang ada pada Soedandrio, dan tiap-tiap orang adalah bercacat, coba mana ada menteri di sini yang tidak pernah saya donder (damprat)! coba, Soebandrio pernah saya donder, bahkan sering. Achmadi, engkau sering saya donder apa tidak ? Menteri lain, bahkan engkau ada cacat. Saya sendiri banyak cacat. Menteri lain, bahkan onze goede dominee (pendeta tua kita) Leimena, beberapa kali saya donder beliau, karena ada cacat, cacat sebagai waperdam, cacat sebagai menteri. Demikian pula Pak Roeslan. Heb ik je nooit uitdedonderd ? Elke dag (tiap hari), ada cacatnya.

Jadi dengan mengetahui Soebandrio ada cacatnya, tetap Soebandrio sebagai secara keseluruhan saya adalah menganggap bahwa Soebandrio adalah seorang Menteri Luar Negeri Indonesia yang baik, bahwa Soebandrio adalah seorang waperdam yang baik. Oeleh karena itu, saya tidak akan dupak (tendang) dia dari Kabinet. Itu berarti bahwa jullie, menteri-menteri semuanya, akan tetap harus menganggap Soebandrio ini sebagai saudara punya collega. Sama-sama membantu kepada Presiden/Panglima Tertinggi.

Demikian pula Oei Tjoe Tat. Oei Tjoe Tat, bij is geen engel (dia bukan malaikat), dia kadang-kadang berbuat stommiteiten (kekonyolan). Tapi belum saya sampai kepada kesimpulan Oei Tjoe Tat is onbruikbaar (tidak becus), Oei Tjoe Tat moet er uit gedonderd woeden. (harus ditendang keluar). Apa yang diumumkan, disinderikan dan dinadakan dalam surat kabar itu ialah, sebenarnya sebelum Soebandrio pergi ke luar negeri atas perintah saya, maka dia bersama-sama dengan Presidium memberi penugasan intern kepada Oei Tjoe Tat. Penugasan intern, sebagaimana juga saya selalu memberikan penugasan interen kepada menteri, misalnya menteri Pengairan Rakyat. Pada garis besarnya ia adalah Menteri Pengarian Rakyat, tetapi kadang-kadang saya beri penugasan intern kepadanya, dam yang rusak di sana itu sementara buatlah lagi funktioneren bersama-sama dengan MEnteri Harjo, mengadakang bronjong-bronjong, bronjong itu semacam keranjang-keranjang besar yang diisi dengan batu. Itu penugasan intern. Yang saya kehendaki adalah supaya dam rusak itu, sementara mengadakan bronjong itu tadi, selesai sebelum nanti air hujan datang menggebah. Lha kalau penugasan intern selesai, nanti saya cabut lagi. Penugasan intern saya cabut lagi dari padamu, engkau sekarang bekerja terus sebagai Menteri Pengairan Rkayat mengurus segala sesuatu yang mengenai pengairan rakyat.

Ini Oei Tjoe Tat, sebelum Soebandrio berangkat ke luar negeri, diberi penugasan intern oleh Presidium, penugasan nomor sekian-sekian, ini, ini, itu, ini, itu. Kalau tidak salah malahan penugasan ini ditandatangani pada tanggal 17 September, 14 Juni, nog eerdern. Kemudian Soebandrio pergi ke luar negeri. Selama Bandrio di luar negeri, Oei Tjoe Tat menjalankan penugasan intern itu. Soebandrio kembali dari luar negeri, pada tanggal 17 September, penugasan ini dicabut kembali. Pencabutan kembali ini terjadi pada tanggal 17 September. Jadi penugasan intern antara 14 Juni sampai kepada 17 September. Tetapi karena di dalam masyarakat atau di dalam plitieke kringen ada golongan-golongan yang tidak sendang dengan Oei Toe Tat, latnas pekabaran ini dibikin sedemikian rupa sehingga bernada Oei Tjoe Tat harus eruit gedonderd. Malah ada tulisan dalam surat kabar: apa itu yang diperbuat oleh Oei Tjoe Tat di Macao ?

Saya beritahu kepada saudara-saudara, beberapa kali dia ke luar negeri atas perintah saya ! untuk apa? Dwikora! Jangan kok tiap-tiap orang yang pergi ke laurg negeri, apalagi yang ke Chinese terrein, lantas digosip-gosipkan. Sudah beberapa kali dia ke luar negeri. Untuk apa ? Dwikora!  ...

saya pikir sudah terlalu panjang, nanti malah menjadi tidak menarik bagi banyak orang. Semoga bermanfaat bagi negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun