Mohon tunggu...
Imam Prihadiyoko
Imam Prihadiyoko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan besar di Lahat, Sumatera Selatan, 17 Desember 1972. Baru keluar kampung ketika kuliah di jurusan Ilmu Politik, FISIP-Universitas Indonesia, tahun 1992. Lulus dari kampus Depok tahun 1997, sejak itu melanglang di dunia jurnalistik sampai sekarang. Hidup ini seperti ikan yang berenang di sungai Lematang. Kala sungai banjir, terpaksa menepi. Disaat lain, sungai tampak jernih, udara sejuk, cahaya matahari cerah, bisa berkeliling sungai. Namun, baik banjir maupun tenang, mendung ataupun cerah, semuanya bagian kehidupan yang mestinya dijalani dengan senang dan sabar. Akan sangat senang kalau ada yang mau berteman, hubungi: mamprihadiyoko@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sayuti Asyathri Jadi Presiden Partai Demokrasi Kebangsaan

12 September 2010   03:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:17 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukan hanya Soetrisno Bachir yang mundur dari PAN, salah satu tokoh yang sejak awal mengawal berdirinya PAN dan pada periode DPR RI sebelumnya menjadi wakil ketua komisi II DPR RI dari Fraksi PAN, yang juga menjadi salah satu ketua PAN Sayuti Asyathri juga mundur dari PAN. Namun, ia tidak mundur dari politik kepartaian, bahkan ia langsung memimpin Partai Demokrasi Kebangsaan yang sebelumnya dipimpin tokoh otonomi daerah, Ryas Rasyid.

"Saya siang ini mau dijadikan Presiden PDK," ujar Sayuti, ketika menelepon pada akhir Juli lalu. "Tetapi diam-diam saja dulu, dan tolong beritahu Mas Tris," ujarnya. Itulah sapaan dari Sayuti yang menghubungi dari Surabaya. Namun, ia tidak ingin diumumkan ke publik dulu sebelum ada kepastian.

"Kenapa bang, tanyaku?"

"Ya, Mas Tris aja sudah malas-malasan di PAN, bahkan juga sudah keluar dari PAN, saya juga tidak bersemangat lagi dengan PAN. Dan tadinya saya juga seperti Mas Tris, mundur dari politik PAN yang menjemukan dan menjengkelkan, dan senangnya menggali kubur sendiri. Saya sudah menyiapkan sekolah bagi anak-anak muda untuk belajar politik yang baik, karena saya ada keyakinan suatu saat Republik ini akan dipimpin anak-anak muda yang harus punya kualifikasi politik yang baik. Saya juga sudah meniatkan diri untuk membangun pemberdayaan masyarakat langsung," ujar Sayuti.

"Mengapa PDK," tanyaku lagi.

"Disinilah saya seperti menemukan semangat seperti awal reformasi, ketika PAN baru didirikan, sebuah semangat yang sudah menghilang dari PAN. PDK sampai saat ini tidak punya beban masa lalu, tidak tercela, atau ada yang korupsi," ujarnya.

Dalam pemunculan pertamanya di publik, pada saat buka puasa pekan lalu, Presiden Dewan Pimpinan Nasional Partai Demokrasi Kebangsaan Sayuti Asyathri mengatakan, partainya siap ikut dalam pemilu mendatang. Termasuk kesiapan menghadapi semua ketentuan yang akan diberlakukan untuk partai politik peserta pemilu.  "Jadi kita tidak akan takut dengan soal elektoral threshold. Kita sudah lupakan itu, karena kita disibukkan dengan kerja kerakyatan," ujar Sayuti.

Sayuti mengingatkan, sebuah partai besar tidak selamanya jadi partai besar, semua ada gilirannya. Partai yang dianggap kecil, tidak selamanya aka menjadi partai kecil. Intinya, partai yang sekarang besar, jangan memperlihatkan kesombongan seolah-olah mereka tetap ditakdirkan menjadi partai besar.

Jadi, menurut Sayuti, berapapun electoral threshold yang akan ditetapkan, PDK siap. "Electoral threshold, 2,5 ok, 3,5 ok dan 5 persen juga kita akan menyesuaikan saja," ujarnya.

Ketua Dewan Pertimbangan PDK Ryas Rasyid mengatakan, sejak awal PDK tidak pernah takut dan ragu dengan electoral threshold. "Bahkan saya sejak belum memimpin partai, sudah mengusulkan 5 persen untuk electoral threshold, tetapi dengan disertai penerapan sistem distrik," ujar Ryas yang menilai, semakin tinggi electoral threshold, maka akan semakin baik untuk PDK. Pasalnya, akan makin sedikit partai yang berai ikut pemilu.Sehingga ada kesempatan bagi masyarakat untuk semakin mengenal PDK. Soal threshold PDK sudah paling berani. "Kita korban dari banyaknya peserta pemilu," ujarnya.

PDK menurut Ryas, selalu mendorong proyek mengembalikan harga diri. Kalau masyarakat tidak tergoda dengan proyek menjual diri, maka PDK akan laku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun