Aryo Kiswinar hanya bisa tersenyum melihat muka ciut sang ayah biologis yang selama ini mempermalukan ibunda dan dirinya disekian pernyataan pewejang fenomenal tersebut. Penulis lebih memilih atribut pewejang ketimbang motivator karena wejangan itu bisa diadopsi dan hanya melulu meluncur dari mulut seseorang tanpa perlu terikat dengan kewajiban moral tentang apa yang dia sampaikan.
Pernyataan Mario Teguh di sebuah kesempatan menimbulkan pro-kontra, ada yang menyayangkan mengapa hal tersebut harus terekspos, mempertanyakan kredibilitas seorang Mario Teguh yang kerap mengumbar pernyataan yang bombastis tentang nilai-nilai kehidupan hingga cemoohan jika pada akhirnya Aryo Kiswinar bisa membuktikan bahwa dirinya adalah anak biologis dari Mario Teguh. Dan apa yang terjadi akhirnya?
"Hasil DNA, Aryo Kiswinar Teguh adalah anak biologis dari Sis Maryono Teguh (nama asli Mario Teguh) dan Aryani Soenarto," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Awi Setiyono kepada wartawan, Jumat (25/11).
Lalu kemudian setelah geger Mario Teguh datang lagi sebuah kasus yang substansinya nyaris sama kecuali persoalan pengakuan. Jika Aryo Kiswinar mengaku sebagai anak biologis dan Jokowi yang dituding oleh Bambang Tri, penulis buku "Jokowi Undercover" sebagai anak biologis seorang tokoh PKI di Kabupaten Boyolali.
Meskipun seorang wanita yang bernama Sudjiatmi menyatakan Jokowi adalah anaknya namun meninggalkan lubang pertanyaan sebagaimana yang diributkan sejumlah nitizen. Lakukan saja tes DNA (deoxyribonucleic acid) yang independen dan melibatkan beberapa perguruan tinggi ternama di negeri ini. Indonesia tidak perlu menghabiskan energi untuk perihal yang tidak substansial namun memiliki efek negatif terkait trauma bangsa ini kepada komunisme.
Hanya dalam kurun waktu 12 hari semenjak diterimanya sampel hingga didapatkan hasil setidaknya bisa menyelesaikan gaduh ini. Seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyarankan kepada negara agar membantu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk menjernihkan pertanyaan-pertanyaan publik mengenai identitasnya. Pasalnya, jatidiri Jokowi masih terus dipersoalkan secara terus-menerus. Misalnya, dimana Jokowi lahir dan dibesarkan? Siapa orang tua Jokowi sesungguhnya? Lantas apakah ada hubungan Jokowi dengan PKI?
“Negara sejatinya membantu Jokowi dengan membentuk tim independen,” kata Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai, Kamis (5/1).
Medsos yang dituding oleh Jokowi sebagai medium saling umbar benci per hari ini masih diriuhkan salah satunya tentang selisih umur kalender antara Ibu Sudjiatmi dengan Jokowi. Ada yang menuliskan selisih 11 tahun, 15 tahun dan 18 tahun. Bakat-bakat Sherlock Holmes terpendam para netizen tersalurkan. Mereka mulai menelisik, menelusuri dan merangkai puzzle demi puzzle. Dan tenang saja hal ini bukanlah barang baru sebagaimana pembaca masih mengingat sebagian dari kita dahulu sibuk dan getol menduga-duga siapakah sosok Soeharto dan bahkan ada yang iseng menebak The Smilling General ini kakak-beradik dengan Liem Sie Liong si Taipan pemilik bisnis paling menggurita saat itu.
Jokowi memang harus merelakan waktunya sebanyak belasan hari untuk menjawab tudingan demi tudingan. Tes DNA bukan juga sebuah perkara yang nyeleneh dan tidak patut karena beberapa kasus di luar negeri menjadikan tes ini sebagai pengadil atau setidaknya memposisikan semua pada porsinya. Sebut saja Presiden Bolivia Evo Morales yang menyetujui dilakukannya tes DNA untuk menyelesaikan pertikaian dengan mantan kekasihnya terkait siapa bapak biologis dari sang anak. Juga Pengadilan Tinggi di Ibu Kota Asuncion, Paraguay, kemarin memerintahkan Presiden Fernando Lugo melakukan tes DNA buat membuktikan apakah benar dia ayah dari anak mantan pembantunya. Atau seseorang yang merasa menjadi anak yang ditelantarkan oleh Bill Clinton disaat panas-panasnya kampanye pilpres di Amerika Serikat kemaren.
Simpang siurnya latar belakang keluarga Jokowi menjadi semakin riuh dengan adanya petisi online yang mengingingkan Jokowi menjawab tudingan-tudingan miring tersebut. Pilihannya kembali kepada sikap Jokowi, menjadikan hal tersebut sebagai spirit memimpin bangsa ini atau bahkan pintu dari kehancuran karir politiknya.
Membayangkan seorang Hendropriyono merasa perlu juga nimbrung melaporkan penulis buku "Jokowi Undercover" ke kepolisian dan digesernya penyelidikan ke Bareskrim Mabes Polri setidaknya menyibakkan tanya adanya tekanan politis yang teramat kuat dibalik itu. Tekanan tersebut bisa jadi bermuasal dari riuhnya medsos, sebuah dunia maya yang pernah melahirkan dan saat ini tengah membesarkan karir seorang Jokowi. Dan bisa jadi juga medsos pula yang akan mematikan karir Jokowi, persis seperti penggalan lagu dangdut, "kau yang mulai kau yang mengakhiri".