Pembaca tentu paham dan tahu persis apa arti dari sinetron, sinema elektronik. Sebuah kegiatan sinematografi yang menggunakan media elektronik dan tidak lagi menggunakan media bioskop, sebut saja sineplex dan media rakyat jelata yaitu layar tancap.
Sinetron memang menjadi primadona semua stasiun teve swasta. Nyaris semua slot prime time dari teve swasta di huni oleh acara-acara yang memamerkan wanita cantik berkulit putih mulus menjadi babu, penjual jamu atau tukang ojek online. Pokoke akal sehat sudah tidak lagi berguna saat menonton sebuah sinetron. Akal sehat sudah mampus saat anda memegang remote dan memilih sebuah materi carita dari sinetron.
Jangan berharap ada nilai-nilai moral atau substansi yang setidaknya memperkaya khazanah hidup anda. Bayangkan saja seorang remaja pria yang ganteng bermuka indo diceritakan tengah dalam perjalanan dari pelosok terpencil untuk merantau ke kota besar dan kemudian tidak sengaja di tabrak sedan mewah yang dikemudikan wanita cantik yang galau. Kelanjutannya? Bisa ditebak, mereka kemudian menjadi sepasang kekasih yang ditentang oleh orang tua si wanita. Asli garing dan berbau bombastis.
Itu juga yang terjadi saat ini di sinetron berjudul Pilkada DKI Jakarta. Semua artis-artisnya tengah bermain improvisasi dengan tetap mengacu kepada storyboard yang telah dibagikan kepada masing-masing pemain.
Dan yang paling memuakkan adalah saat mereka memainkan improvisasi yang kebablasan dan tetap merasa tidak ada yang salah dengan tindakan barbar dan norak tersebut. Salah satunya seperti gambar yang terlihat. Seorang artis dari pejawat yang mengincar hak pilih dari penonton beragama islam yang menjadi mayoritas voter di kontestasi 2017 nanti. Tanpa malu artis tersebut memberikan stimulus berupa pura-pura berjilbab dan menggunakan baju "perjuangan" yakni kotak-kotak dari pejawat yang kemaruk kekuasaan.
Jika saja aksi improvisasi yang menjadi combat kits-nya pejawat tersebut tidak tertangkap candid camera bisa jadi umat islam akan berfikir, "oh ternyata wanita muslimah memang sebagian menjatuhkan pilihannya ke pejawat, meskipun kafir". Kurang lebih demikian skenario awalnya. Padahal, bisa jadi si artis bukan muslimah.
Tapi asal kalian tahu, sebaik-baiknya makar tentu saja makar dari pemilik dunia,"Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” [QS Ali Imran : 54].
Kasihan deh artis sinetron yang ketahuan membuat improvisasi dengan menggunakan atribut-atribut untuk sebuah kepalsuan yang hina. Silahkan kalian berjuang, berjuanglah dengan keagungan dan harga diri.
Jadi nggak kagetkan? Tidak ada bedanya junjungan dengan jemaatnya.
Salam Anti TIpu-Tipu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H