Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya muslim

Selanjutnya

Tutup

Politik

Himbauan Ketum NU Sebagai Antisipasi Demo Akbar Umat Islam Mempercepat Peradilan untuk Ahok

27 Oktober 2016   09:27 Diperbarui: 27 Oktober 2016   09:56 2839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.eramuslim.com/berita/nasional/sudah-dilepeh-ahok-dan-ditendang-pbnu-nusron-juga-disudutkan-netizen.htm#.WBFqY_QnKi2

"Warga NU Tidak boleh demo, kalau apel santri seperti ini boleh, tidak ada keuntungannya, yang ada hanya rawan jadi fitnah," Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj menghimbau warga Nahdatlul Ulama (NU) untuk tidak ikut serta dalam unjukrasa terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam kasus dugaan penistaan agama.

*****

Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab berharap Nahdlatul Ulama (NU) tetap menjadi rumah besar Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) sampai kiamat. Menurut Habib Rizieq, keberaaan NU sebagai rumah besar Aswaja adalah harga mati.

"Makanya tadi saya katakan, kita harus berjuang, berdo'a, agar Nahdlatul Ulama sampai hari kiamat, tidak bisa tidak. Harga mati. Harus tetap menjadi rumah besar Ahlussunnah wal Jama'ah.", harap Habib Rizieq, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab berharap Nahdlatul Ulama (NU) tetap menjadi rumah besar Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) sampai kiamat. Menurut Habib Rizieq, keberaaan NU sebagai rumah besar Aswaja adalah harga mati. Dalam acara itu, Habib Rizieq mengajak segenap Aswaja untuk merapatkan barisan dan menyatukan potensi sebagai mayoritas kaum muslimin yang ada di Indonesia. Keberadaan Aswaja saat ini, menurut Rizieq, dalam keadaan yang kritis karena serangan berbagai kelompok, seperti Wahhabi, Syi'ah dan Liberal.

Beberapa paragraf diatas setidaknya membingungkan para Islam Haters, dan para haters ini tidak melulu kaum anti Tauhid, bahkan yang mengaku muslim saja akan kelimpungan melihat fenomena dan beberapa momentum kejadian akhir-akhir ini. Mau menuduh ISIS, tapi kebanyakan mereka yang kerap dinilai sebagai gerakan Islam Moderat dan menjauhi fanatisme. Dan bahkan nyaris semua ornamen peserta demo tersebut meletakkan Pancasila sebagai sendi dan simpul pengikat kebangsaan. Para Islam Haters mulai bingung dan grogi. 

Agar sedikit terhibur penulis sertakan sebuah meme yang cukup keren dan menyegarkan akal sehat.

Ambil saja saat jutaan muslim se-Indonesia merangsek maju untuk meminta pemerintah memberikan atensi dan memenuhi janjinya agar supremasi dan eksistensi hukum yang disepakati agar bisa dipergunakan seadil-adilnya terkait kasus penghinaan yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, pejawat yang melakukan kampanye terselubung di Kepulauan Seribu setelah mengundang beberapa partisan dan aparat birokrat yang dia bawa dari Balaikota September lalu. Peninstaan berupa ucapan dan pernyataan yang memantik reaksi amarah dari seluruh komponen bangsa, maksud dari seluruh komponen bangsa adalah mereka yang menyatakan terlepas keyakinan yang dimiliki tidak sama dengan umat muslim.

Sontak reaksi dari FPI, FUI, Muhammadiyah, NU, DDI, MMI. Persis, Al Irsyad, Wahdah Islamiyyah dan beberapa ormas-ormas serta ratusan Majelis Taklim berharap kepolisian segera mengambil tindakan preventif untuk menghindari adanya aksi main hakim sendiri terhadap Ahok.

Alih-alih mengambil pernyataan Said Aqil Siraj agar anggota NU untuk tidak ikut-ikutan melakukan aksi Demo Berjuta-juta Ummat, alangkah baiknya kita bersama-sama menekan Jenderal Tito Karnavian mengambil sikap-sikap kebangsaannya sebagai orang nomor satu dari sebuah lembaga yang memiliki tajuk Melindungi dan Mengayomi. Jutaan, puluhan juta umat islam se-indonesia memiliki hak untuk di ayomi dan bukan hanya satu orang (baca: Ahok) yang belum terbukti benar memberikan konstribusi kepada bangsa ini kecuali kepada beberapa taipan dan tauke-tauke yang harap-harap cemas menunggu ROI (Return on Investment) di beberapa aset yang mereka fikir dapat aman dan lancar di masa Ahok berkuasa sebagai Gubernur Jakarta. Modal yang terlanjur mereka gelontorkan di beberapa rusunawa yang kerap disebut Ahok sebagai CSR (Corporate Social Responsiblity) atau di persil-persil yang sudah mereka kavling-kaviling di beberapa pulau buatan yang masih diperdebatkan tanpa ujung hingga hari ini. Yang marah kepada Ahok semua yang memiliki ghirah dan semangat mempertahankan izzah islam (keagungan Islam), bagi yang terpuruk dan terhisap sihir liberalisme dan pluralisme memang cenderung menabuh gendang riang atas penistaan tersebut. Mereka ini malahan menuding umat islam yang marah tersebut sebagai sekelompok radikal. Mari kita ucapkan istighfar, agar para muslim yang pendukung AHok tersebut segera siuman dan bertaubat. Yang paling besar riuh gendangnya tentu saja para pendukung Ahok yang menurut SMRC adalah mereka yang satu geng-lah dengan Ahok. Baca di sini.

Himbauan Ketua Umum tersebut bak menapis angin, karena bobot penistaan yang dilakukan Ahok memang sudah sangat keterlaluan yang menyebut para ulama yang mendakwahkan tentang tafsir Al Maidah ayat 51 sebagai Tukang Bohong, tafsiran yang ditakuti Ahok adalah yang sekiranya memiliki potensi merusak elektabilitas dirinya yang berkeinginan banget melanjutkan upayanya memperkaya segelintir orang yang sudah terlanjur kaya. Himbauan tinggal himbauan. Persis larangan jangan minum-minuman memabukkan (beralkohol) yang tersurat secara lugas di Al Quran dan dihina Ahok dengan ajakan silahkan minum yang penting jangan mabok. Dasar sinting!

Pernyataan Ahok yang kerap melawan dari muatan Al Quran sepertinya sudah menjadi karakter diri pria yang dituduh sebagai si Kutu Loncat karena saking seringnya berpindah partai untuk memenuhi ambisi dirinya untuk bisa berkuasa. Barangkali efek dari trauma masa kecilnya yang kerap di bully oleh kawan sepermainannya atau ras yang dia dapatkan dari takdir Tuhan yang  dia anggap sebagai penyebab timbulnya inferiority complex akut yang dia derita. Begitu berkuasa mendadak mendapat waham Megalomania. Ciri khas penderita waham ini adalah anti kritik. SIlahkan pembaca mencari perihal ini di Gramedia terdekat. Secepat mungkin pembaca mendapatkan profil Ahok secepat itulah pembaca bisa menyadari betapa mengerikannya seorang Ahok sebagai pejawat dan saat ini ngebet dan ngotot meneruskan tirani yang dia punyai.

Semoga awal November nanti menjadi awal dari pemerintahan yang beradab, humanisme, berkeadilan dan membuat semua masyarakat menjadi makmur sentosa. Tidak ada lagi tirani minoritas terhadap mayoritas. Mayoritas publik Jakarta adalah middle to low class society. Bukan terdiri dari kaum-kaum mapan dan super tajir yang menghuni tanah resapan di Kepala Naga sana (baca: Ancol, Pluit dan Kapuk).

Tuhan Bersama Orang-Orang Tertindas!

Tautan Rujukan, agar Mimin legowo;

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun