Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya Muslim

Selanjutnya

Tutup

Politik

HRS: Jangan Pilih Capres dan Partai Pendukung Penista Agama

10 Desember 2018   10:49 Diperbarui: 10 Desember 2018   11:02 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Romi dan DJan Faridz harus legowo mendapatkan tudingan keras soal  keharaman umat untuk memilih partai yang membela dan bahkan mengusung penista agama yang sudah diteguhkan melalui keputusan pengadilan. Tidak  ada keraguan lagi tentang status atau atribut mengenai si Penista Agama. Jadi apakah umat muslim akan sudi dan legowo untuk memilih para caleg  dari PPP? Kita lihat saja, apakah PPP akan mendapatkan peraihan suara yang signifikan di pileg nanti akan bahkan membesar?

Jejak-jejak digital ini menjadi jawaban atas usaha Romi berkelit dari  serangan Habib. Usaha yang gagal, kawan! Internet adalah pembunuh  psikopat yang dengan dingin tanpa ekspresi saat mengeksekusi korbannya.  Upaya Romi menegaskan ke-Islaman partainya gagal total. Lalu partai mana  lagi yang disasar oleh HRS?

PKB bahkan dengan sengak menyebutkan para penentang Ahok adalah islam yang bukan pemahaman benar. Dan yang benar adalah mereka yang memilih Ahok sebagai calon pemimpin.

"Enggak boleh Jakarta itu buat main-main, kultur Islam harus kita   jaga,  bukan Islam yang keras yang menganggap dirinya benar. Jakarta   ini  barometer Indonesia dan Jakarta wajib di pimpin oleh ahli sunnah    waljamaah," kata Ketua DPW PKB DKI Jakarta Hasbilallah di GOR Ragunan, Jakarta Selatan, Minggu (9/4/2017).

Sekali lagi, internet memang paling kampiun untuk membungkam sesumbar atau upaya cuci tangan atas insiden-insiden memuakkan yang terjadi di depan mata.

HRS sudah mendapatkan dua partai yang mendukung Ahok, terhukum kasus pasal penghinaan terhadap agama. Lalu bagaimana dengan Golkar, Nasdem, Hanura?

Sebagai partai oportunis, Golkar akan mendapatkan hukuman. Bentuk hukuman pertama adalah serangan balik dari klan Cendana yang merasa Goklkar seperti kacang lupa berlari meninggalkan klan Soeharto. Suka atau tidak, Golkan dan Pak Harto bagaikan SBY dengan Demokrat, atau Megawati dengan PDI Perjuangannya. Dan kita tunggu, serangan balik dari Cendana apakah efektif?

Mengenai Nasdem dan Hanura? Ah, lupakanlah. Sepertinya kedua partai ini akan terjun bersama-sama dengan PSI dan PBB besutan Yusril Ihza Mahendra di kubangan parliamentary threshold.

PDI Perjuangan kita lihat saja kekuatan partai merah ini. Partai yang jenis kelaminnya semakin tidak jelas wujudnya, apakah partai pembela wong cilik atau partai pembunuh wong cilik.  Citra diri sebagai parpol yang mengusung islamophobis atau setidaknya alergi dengan idiom-idiom keislaman ini tentunya akan menunggu dengan degub jantung yang berdebar keras. Pilkada DKI kemaren adalah sebuah pertunjukan besar bagaimana ketika umat islam melakukan perlawanan balik atas tindakan-tindakan barbar yang dilegitimasi oleh sekumpulan parpol.

Melihat rekam jejak partai-partai yang senantiasa meng-aminkan kebijakan rezim yang pro kapitalis dan emngusung kebjakan liberalisme di sektor ekonomi membuat rakyat akan segera secara mantap mengucapkan, adios amigos di 2019 nanti.

Salam Ujung Jari!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun