Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

TV One...Ah Lebay!

22 Mei 2012   08:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:58 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kenapa kalau diperhatikan dari semua teve swasta yang ada di angkasa raya Indonesia yang paling getol menyiarkan secara berulang-ulang dan jarang mengindahkan tata krama jurnalistik seperti cover both side adalah TV One, ...........enggak tahu tuh kenapa...One itu berarti SATU yang bisa juga berarti dari ;

1. Satu-satunya teve yang tingkat turn over tertinggi host anchor-nya. Hal ini apakah sebanding dengan gaji yang diberikan kepada "striker kesebelasan" tidak kompetitif sehingga mereka lebih memilih hengkang. Seperti Andri Jarot ke Trans 7 dan Tina Talissa ke Indosiar.

2. Satu-satunya teve yang seringkali salah menulis informasi di running text. Silahkan pergunakan rumus googling is the  better way to find everything.

3. Satu-satunya teve yang menyiarkan acara dengan tajuk "lawyers" tapi membahas masalah non hukum, dengan narasumber pun sering tidak connected dengan materi bahasan.

4. Satu-satunya teve yang paling getol membahas trending topic sampai ketika tidak lagi menjadi trending tetap di bahas, sehingga garing dan menimbulkan kesan teve ini kehabisan ide-ide kreatif. Semisal teve-teve yang juga berada di jalur hard news seperti Metro Teve sudah meninggalkan topik tersebut TV One masih dengan getol menyiarkannya. Metro Teve dengan nyaris sempurna menampilkan narasumber yang berimbang yang tujuannya adalah cover both side dan TV One dengan one side, semisalnya tajuk untuk para redaktur mass media setiap akhir pekan. Khusus untuk Ade Armando yang semua pun sudah tahu orientasi pemahamannya yang liberal sekular di minta membahas tentang lady gaga(l) meskipun dia membawa atribut KPI akan tetap saja setali tiga uang dengan tokoh-tokoh pengusung kebebasan tersebut dengan semboyan freedom of expression atau freedom of speech. Gaya keras FPI yang juga sebenarnya bagian dari freedom of expression tidak mendapat slot yang sama atau berimbang dari teve ini.

5. Host anchor yang dimiliki sepertinya tidak memiliki jam terbang yang tinggi tapi tengil kalo membawakan materi ( hanya Indy Rahmawati yang tersisa itupun sempat tertiup kabar tidak sedap mengenai kasus mafia/makelar kasus ). Malah seorang Karni Ilyas mengatakan saya seorang wahabbi dengan lantang tanpa perlu merasa risih memwartakan berita-berita miring tentang paham wahabbi di teve tersebut. Nggak tahu deh...ini termasuk tengil-isme atau tidak.

Khusus untuk penggiringan opini pemirsa emang kagak ada "matinye"  dari teve yang konon saham mayoritasnya dimiliki oleh orang calon nomor satu di republik ini, seperti kasus terkini lady gaga(l). Mereka (TV One) hampir,...setiap menyiarkan khabar di Apa Khabar (Indonesia, Malam dll) nyaris tidak pernah membuat semua menjadi berimbang. Saya tidak menggunakan kata adil karena musykil dan berlebihan jika berharap mereka memberikan hal tersebut. Seperti saat Habib Selon versus (sorry menggunakan kata ini) Prof. Mustafa Ali Yaqub mengenai kaidah nahyi munkar. Tidak berimbangnya adalah memposisikan mereka pada posisi berhadap-hadapan dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Padahal telak-telak ketika Prof. Ali mengutip kata munkar untuk kegiatan FPI, adalah anti thesis dengan azas ormas tersebut. Dan sayang,..Habib Selon tidak menyadari arah kemana pernyataan atau opini yang diberikan Prof. Ali Yaqub.

Sampai-sampai Habib Rizieq selaku Ketua FPI perlu menyampaikan sanggahan atas opini Prof. Ali dan Ketua Lajnah Tanfidziyah MMI, ustadz Irffan S. 'Awwas pun juga melakukan bantahan terhadap opini Prof. Ali terhadap Kitab Ihya' Ulumuddin karang Imam Al Ghazali tersebut. Pertanyaannya adalah apakah teve ini berani dan bersedia membuat sequel dari acara kemaren itu dengan mempertemukan narasumber yang sepadan dan sejajar? Tantangan sudah disampaikan oleh ustadz 'Awwas,  bersambut nggak dengan nyali TV One?

Tapi ah...lebay...berharap TV One berani melakukan hal tersebut karena sebagai pemirsa, saya beranggapan teve swasta ini kian lama kian keliatan ideologinya yakni liberalisme. Kenapa saya bisa berpendapat seperti itu? Karena pembawa acara merekalah yang menggiring opini saya. Mind-set mereka sudah terpola sedemikian rupa sehingga tidak lagi menjelma sebagai pembawa acara jurnalistik melainkan pembawa ideologi. Mengutip pernyataan pemenang kategori Presenter Berita Terfavorit Panasonic Gobel yaitu Putra Nababan yang menyatakan bahwa seorang news anchor mewakili pertanyaan masyarakat pada umumnya membuat argumen saya mendekati kebenaran.

Mengutip pernyataan Munarman tentang sanggahan terhadap pendapat Ratna Sarumpaet mengenai silent majority di negara Indonesia adalah penganut azas liberalisme, nah...apakah pembawa acara di teve ini mewakili silet majority-nya yang dimaksud oleh seorang penggiat liberalisme tersebut? Wallahu 'Alam.

Note:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun