Hiduplah seorang anak manusia yang memiliki nama Ibrahim. Dia merupakan anak tunggal dari Bapak Sarmin dan Ibu Siti. Ibrahim merupakan anak yang paling sulit untuk diajak belajar. Dia bukanlah anak yang pandai tapi memiliki mimpi yang besar yakni mengubah nasib keluarganya. Keluarganya tidaklah memiliki banyak harta dan bisa dikatakan kaum menengah ke bawah. Ayahnya hanyalah seorang buruh pabrik sedangkan ibunya merupakan penjahit. Penghasilan yang dimiliki oleh keduanya pun tidak banyak. Mereka tinggal di rumah kecil di sudut kota megapolitan.
Ibrahim yang lebih sering bermain daripada belajar membuat orang tuanya sering menangis. Ibrahim memiliki sahabat karib bernama Zainal. Berbeda dengan Ibrahim, Zainal adalah anak yang pandai dan berasal dari keluarga terpandang di kotanya. Ayahnya adalah seorang pejabat di pemerintahan sedangkan ibunya adalah seorang guru. Setiap hari Zainal selalu diantar jemput menggunakan mobil ayahnya.
Di kelasnya Zainal selalu mendapatkan rangking 1 tidak demikian dengan Ibrahim. Ibrahim termasuk anak yang biasa-biasa saja. Setiap malam ayahnya selalu membantu Ibrahim untuk mengerjakan PR dari sekolah. Seringkali ayahnya yang menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan sekolahnya, hal tersebut membuat Ibrahim menjadi juara kelas untuk pertama kalinya. Ternyata itu membawa perubahan secara drastis kepada Ibrahim. Mulailah tumbuh perasaan percaya dirinya, seiring berjalannya waktu Ibrahim pun mulai belajar sendiri.
Tumbuhlah perasaan benci di Zainal, ia pun mulai melancarkan berbagai serangan dimulai dari memfitnah kalau Ibrahim suka membuka buku di saat ujian sampai mengatakan pada Ibu guru kalau Ibrahim suka meminta ayahnya untuk mengerjakan pekerjaan sekolahnya. Ibrahim pun bertanya mengenai perihal tersebut, dengan nada marah Zainal pun menyingkirkan tangan Ibrahim dan menganggap mereka sudah bukan teman lagi.
Ibrahim pun mulai putus asa dan mengalami kegalauan yang luar biasa. Ia menjadi pemurung dan kehilangan hasrat untuk belajar. Orangtuanya pun mendekatinya dan bertanya perihal masalah yang sedang dihadapi oleh anaknya tersebut. Maka diceritakanlah masalah yang sedang ia hadapi. Setelah mendengarkan cukup lama permasalahan anaknya, maka sang ayah pun memberikan nasihat kalau hidup itu selalu seperti itu, setiap manusia pasti mengalami masa pahit dan manisnya hidup. Dengan sedikit guyonan sang ayah pun menjelaskan kalau manusia terus menerus mengalami manis maka yang ada akan terkena penyakit diabetes, harus ada keseimbangan antara manis dan juga pahit. Karena dari sebuah kepahitan manusia akan bisa belajar untuk dewasa. Semua manusia itu belajar, sebelum ajal menjemput manusia akan terus belajar dan belajar. Sang ayah memberikan solusi agar Ibrahim meminta maaf kepada Zainal apabila dia berbuat salah. Soalnya meminta maaf itu dapat memberikan kebaikan yang amat besar.
Keesokan harinya Ibrahim pun hendak menemui Zainal untuk meminta maaf atas segala perbuatan yang membuatnya marah. Ternyata Zainal-lah yang meminta maaf terlebih dahulu. Keduanya pun menjadi sahabat kembali, melihat kedua anak itu bersahabat kembali menimbulkan rasa iri dalam hati teman lama Zainal yakni Aji. Aji merupakan kawan lama Zainal yang suka memanfaatkan teman, dia seringkali meminta Zainal untuk membelikan berbagai jajanan karena hanya dialah teman yang dimilikinya dulu. Dengan berbagai cara Aji membuat profokasi agar keduanya bertengkar kembali. Tapi usahanya ternyata gagal.
Sampai suatu hari ayah Ibrahim di PHK dari perusahaannya. Itu membuat depresi ayah Ibrahim, karena hanya itu tempatnya mencari nafkah. Aji tahu kalau kebijakan politik yang dibuat oleh pegawai pemerintah-lah yang menjadi penyebab masalah itu. Hal itu pun dimanfaatkan oleh Aji untuk memprofokasi Ibrahim. Setelah mengetahui hal tersebut maka terbukalah kembali luka lama Ibrahim. Keesokan harinya maka Ibrahim bertanya kepada Zainal perihal masalah ini. Dengan menyesal Zainal pun mengiyakan hal tersebut dan mengatakan kalau ayahnya juga turut andil dalam pengambilan keputusan.
Mengetahui hal ini Ibrahim pun memutuskan pertemanan dengan Zainal. Zainal meminta maaf atas perbuatan ayahnya, tetapi mau bagaimana lagi hal tersebut harus terjadi. Aji pun tertawa dan sukses membuat kedua anak itu bertengkar. Perasaan mendemdam dalam hati Ibrahim semakin memuncak. Ditambah lagi dengan kematian ayahnya yang mendadak setelah beberapa hari di PHK.
Semenjak itu Ibrahim pun tidak bersekolah kembali, ia lebih memilih bekerja membantu ibunya. Sementara Zainal melanjutkan sekolahnya, keduanya pun tidak pernah bertemu lagi.
Akhir kisahnya silahkan para pembaca yang meneruskan.
Seringkali hidup itu berseberangan dengan mimpi yang kita miliki.
Teruslah jalani hidup ini dan jangan pernah menyerah untuk menghadapi hidup yang dipenuhi rintangan.
Apa yang akan terjadi di depan kita tidak pernah tahu tapi teruslah bermimpi karena dengan bermimpi manusia dapat melebihi batas-batas yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H