Setiap orang pasti akan mengalami stres berat ketika akan menghadapi UNAS baik itu bagi siswa, guru maupun kepala sekolah dan terlebih lagi wali murid. Setiap orang tua pun akan juga ikut mengalami stres karena melihat anaknya yang mengalami kesulitan. UNAS itu bukanlah hantu yang harus ditakuti tetapi kita hadapi semampunya. Dengan terus berusaha dan banyak berdoa ke Tuhan agar diberikan kemudahan untuk menghadapinya.
Memang benar bahwa UNAS merupakan salah satu program pemerintah untuk mengetahui sejauh mana kualitas anak-anak Indonesia. Apakah tidak ada cara lain selain UNAS? Karena setelah diteliti lebih lanjut bahwa efek samping dari pengadaan UNAS selama ini ternyata lebih banyak pengaruh negatif daripada positifnya. Banyak siswa yang menjadi beranggapan bahwa sekolah itu hanya bertujuan untuk menghadapi UNAS dan bisa lulus tanpa mengindahkan tujuan utama dari sekolah itu sendiri yaitu untuk belajar. UNAS hanyalah salah satu cara pemerintah untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa pendidikan Indonesia sudah sangat maju, terbukti dengan tingkat kelulusan yang tinggi.
Saya kira kita tidak perlu menyelenggarakan UNAS dengan alasan bahwa hal tersebut hanya akan menghabiskan dana yang sangat banyak dan lagi kualitas pendidikan antara orang jawa dengan orang luar jawa pastinya tidak sama. Terus apakah hasil UNAS dapat menentukan seseorang bisa langsung masuk ke universitas favorit ataupun pekerjaan dengan gaji tinggi. Seharusnya belajar di sekolah itu dengan hati senang tanpa harus terbebani dengan permasalahan seperti ini. Percuma juga dengan program wajib belajar 9 tahun dan pendidikan gratis tapi tetap saja para calon siswa akan mendapatkan beban yang begitu berat. Cobalah kalian para pembaca pikir kalau seandainya program ini tetap dilakasanakan maka wajah pendidikan Indonesia hanya bertujuan untuk hasil terbaik dan lulus ujian.
Solusi yang terbaik adalah dengan cara memperketat proses masuk ke sekolah favorit maupun universitas favorit. Dengan begitu kemampuan setiap siswa bukan dinilai dari hasil UNAS itu sendiri tetapi dari kemampuan masing-masing individu. Jadi proses pendidikan diserahkan seutuhnya ke sekolahan masing-masing, pemerintah hanya mengawasi dan memberikan bantuan kepada sekolah-sekolah yang belum maju. Jadi para guru dapat memberikan pembelajaran tanpa harus mengejar sebuah kelulusan siswanya semata dengan mengindahkan moralitas.
Tulisan saya hanya berupa opini agar setiap pembaca membuka pikirannya untuk memikirkan hal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H