Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bergegas Saat Matahari Menyilaukan

22 Agustus 2024   13:48 Diperbarui: 22 Agustus 2024   13:51 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kau ... menangis-lah di bawah temaram matahari. Karena virus luka terobati dengan derai airmata. Lalu, matahari berselimut awan. Sejenak nafas perlahan jiwa dingin di kedalaman.

Usap-lah sembab airmata. Sebab tak lama kemudian, dingin wajah ditimpa rintik hujan. Segera bergegas saat di bawah matahari menyilaukan.

Oh ... tangis matahari.  Oh ... kabut matahari. Oh ... matahari cahaya terang. Presisi pada poros rotasi. Tak jarang menghalangi sudut pandang. Dari kepompong kupu-kupu pun terbang. Wujud semula menakutkan orang. Metamorfosa membuat rupa pun menawan.

Lihat ... matahari selalu juga menepi
Rindu ufuk setia menanti
Mega menebar pesona
Kilau laut kemerahan belibis pun menuju peraduan
imam Muhayat, 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun