Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Serenade #3

28 Januari 2023   03:07 Diperbarui: 28 Januari 2023   03:18 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan sore itu memori kita. Meski dingin terasa membasuh sekujur raga. Pada dikulum senyummu penghangat rasa. Sebanding cintaku padamu yang tak kaukira

Dari pagi hingga sore hari. Meski hujan tak tak kunjung henti. Derap langkahku tak surut di balik kabut. Seperti pesanmu dalam memori cinta. Cakrawala selalu nyata.

Begitulah ..., puput kabut tepian sudut. Bukankah sama halnya di Padang Sabana. Tak satu pun tanda arah kemana. Musyafir tetap saja menemukan jalannya.

Setiap jalan ada karena langkah massa. Jejak tapaklah belakangan para musyafir bertenda rasa. Satu dua tiga dan seterusnya. Kian ramai mereka melewatinya.

Imam Muhayat, Nusa Dua, 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun