Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Burung-burung di Gua Hira

4 September 2016   01:15 Diperbarui: 4 September 2016   01:55 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalakala sesuatu yang baru
Menyulut picu dan memeran ragu
Buah gelisah memacu arah
getar tanah mendarah kabilah
Bilah-bilah menggelar kerakah
Seteru antar suku meruncing kaku
Tak hanya berasal beda baju
Tapi tersorong nafsu, paru dunia baru

Lama telah berlalu
Saat padang pasir bergigir jahil
Datanglah ia permata baru
Anehnya, mereka seperti disambar petir, menjumud gigil
Pada pandangan tajam bayang-bayang hilang
Dada sesak kian sempurna di kegelapan
Niat jahat menjadi pilihan
Mengendap-endap di sekitar pekarangan

Dalam suatu rencana apa saja
Sering tak ada yang sempurna
Sinyal terekam sandi
Gerakpun segera dimulai
Bersama karibnya ia menyelinap di gulita kelam
Seperti hilang ditelan bumi
Sementara, gerombolan masih direkat intipan
Yakinlah mereka, target perburuan masih dalam genggaman

Lalu, gagap sapaan saling pandang
Setengah tak percaya adanya kenyataan
Ia yang dicari sudah lari
Entah kemana ia pergi

Para penjagal semakin geregetan
Pacuan pengejaran terus dilanjutkan
Debudebu ambur mengabur mata
Tergerus amarah menyalanyala
Memecah kalap loronglorong jalanan
Bukitpun terdaki
Mengalir pikir di gua itu ia sembunyi

Di ujung pencarian lain cerita
Tanpa terduga burung-burung sedemikian nyaman bersarang menutup gua
Indukinduk betina mengindah naluri:
mengeram telurnya; barusan menetas cicitnya; sedang tangkupkan sayap lindungi anak-anaknya
Sementara sekawanan pejantan terjaga di mulut gua
Apa dikata manusia dengan akalnya
Dengan mudah mengambil simpulnya
Gemetar sikarib kian mereda

Rumah Pustaka, 04.09.2016. Puisi: Imam Muhayat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun