Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Salju di Puncak Mangu

22 Agustus 2016   13:05 Diperbarui: 22 Agustus 2016   13:28 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dimulai saat fajar dua deras mengalir

Tiga jam perjalanan dari rumah cengkir1

Bersama keluarga menuju puncak Mangu2

Di bawah cemara, salju terasa menusuk sumsum tulangku

Selar lebar silaf dan hawa nafsu tercela

Saatnya menunggu acara segera dibuka

Agenda pertama menebar kelasak

Siapa saja yang tak sempat bersua menampak

Hening kemudian tilawah berkumandang

Kalam-kalamnya mengurai pencerahan

Membilas asa rajutan terlenanya pikir

Mendublir kebaikan di pahat ukir

Menyingkir dari sifat-sifat yang memancing amarah utusan

Memegang gagang harapan terbuka pintunya … Ridwan

Satu, dua, tiga, dan seterusnya doa terlewati

Berakhir barisan mengular beriring simfoni hati

Wajah bingar saling pandang ikhlas bertemu

Sehati sedingin salju di puncak Mangu

Rumah Gedang, 22.08., Imam Muhayat

Catatan: 1 Cengkir (bahasa jawa yang biasa dipahamai sebagai akronim kencenge pikir atau lurusnya pola pikir).2Puisi ini berawal dari sket catatan harian, Minggu, 24 Juli 2016. Acara Halal Bihalal di puncak Bedugul (masuk pada gugusan lembah Gunung Mangu), di antara 10 gunung tertinggi di Bali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun