Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Talbiyah Seribu Jiwa

14 Agustus 2016   13:56 Diperbarui: 15 Agustus 2016   00:41 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Labbaikallah, talbiyahku untuk musafir

Jalan sepi yang mereka susuri

Tapi gemuruh jiwa gaduh mengali

Rindu pertemuan dengan Ilahi

Labbaikallah, talbiyahku menyorong ke belantara luas

dikala si manis menjadi ladang pesta buas

ceceran darah tambah jadi pemuas

gemuruh talbiyah menimangmu ke arah sorga tak terbatas

Labbaikallah, talbiyah itu ambur

Di ombak perahu lebur

Menyatu bersama dalam doa doa yang tak pernah sirna

Mereka yang  terberi umur  kuatkan syukur

Mereka yang duluan pulang lapangkan jalan

Labbaikallah, talbiyahku menyapa pinggiran kota

Rumah nafas sampah lumat di ujung lidah

Kehidupan memang terasa tak ada pilihan

Rasanya akan terus berjalan, jika kekuasaan alfa merencanakan

Labbaikallah, talbiyahku tengadah tangan

Menghimpun air mata

Pada lelaki punggawa negeri target perburuan

Selimut dukaku supaya bangkitnya nyali tak surutkan perjuangan

Rumah Gedang, 14.08, Imam Muhayat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun