Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Batu Nisan

13 Agustus 2016   17:04 Diperbarui: 13 Agustus 2016   17:16 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

batu akhir pahatan

terukir olah pikir

saksi perilaku dan kebiasaaan

waktu yang telah ia berikan

batu nisan tunas kamboja

saksi bisu siang dan malam

ketimpah angin bermandi hujan

meliuk sabuk merunduk rukuk kesaksian

ia diam tapi selalu dalam percakapan

seperti tak pernah lelah diajak berkhutbah

entah sampai kapan ia dijamahjamah

bersama siapa ia harus dibawa ke pemakaman

batu nisan …

puisi sunyi keterjagaan

ia menggandeng sang pencari

bersama kembali pasrah pada keagungan

batu nisan biasa tinggalkan nama

entah hilang atau remuk dimakan usia

tapi kebaikan dan takwa teman setia

selalu selimuti istirahnya

entah berapa lama

semua tak pernah tau ujungnya

sekata pun tak ada penjelasan nyata

“bersegeralah,” begitu saja serunya

rumah gedang, 13.08, imam muhayat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun