Planet ini dari bijian zarrah magnit
Tertuang dari secangkir kopi keagungan
Lingkaran hari silih berganti
Kasih yang terpilih
Manzilah bubung yang merambung ulfah
Tiada duanya di planet lainnya
Parcel dari-Nya untuk manusia
Tersedia atas rekayasa perpisahan Adam dan Hawa
Di ceruk planet ini salah satunya Indonesia
Sudah 71 merdeka
Larut asyik menziarahi makam anak-anaknya
Perseteruan Qobil dan Habil masih saja terpelihara
Pasak bumi: Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika
Seperti rajah yang dipungut dari tong sampah
Gelandangan pun ramah memilah-milah
Berumah dari lembar-lembar kertas yang patah-patah
“Jika TPA sampah terus menggunung
Gunung menyampah dari sumpah-serapah
Sumpah serapah yang melimpah dari lembar-lembar sajadah
Lalu dimana lagi karamah dan sa’adah mesti berumah?” keluh penyair yang mengernyitkan dahinya sembari ngeloyor entah ke mana
Rumah Gedang, 11.08, Imam Muhayat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H