Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Arti Sebuah Nama

9 Agustus 2016   13:00 Diperbarui: 9 Agustus 2016   13:04 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana mungkin ‘penyek’ tidak menjadi buah bibir?

Semakin panjang ‘penyekjekan’ bisa jadi bahan ejekan

Layaknya korban impitan dan injakan tanpa tabir

Selalu salah seberapa polah yang dipantas-pantaskan

Irage tidak suka nama itu,” serempak suara

“Bagaimana kalau Pandawa?”  Kilahnya

“Bukit indah aslinya, gala-gala tinggal sematnya,” serunya

“Kren, kan, jadinya!” Semua puas keputusan bersama

Uraian kian tajam terawang masa silam

Berlabuh pada ladang-ladang Kurusetra

Gemerlap lampu di Hastinapura

Karenanya, Amarta makmur sentosa di tangan Panca Pandawa

Bukit Yudistira musti rindang tumbuh kembang

Lelaku Puntadewa yang arif bijaksana, tanpa musuh

Pantang dusta, mudah memberi ampunan lahir dari keyakinan

Berani berspekulasi penuh percaya diri sebagai pemeluk teguh

Bukit Yudistira, inspirasi pesan menuju pantai Pandawa

Bukit Bima seperti sosoknya kuat kekar berwajah sangar

Tapi baik hati nan gagah berani

Peka membaca lekuk senjata gada, buah tangan suntuknya belajar

Hingga tak terlena menjilat ludahnya sendiri

Bukit Bima, belahan makna menuju pantai Pandawa

Bukit Arjuna tanah pertapa juga kembara ria

Diam dalam sunyi menakar kecermatan

Melindungi sepenuh hati siapa hendak ke mana

Lemah lembut geliat gerakan

Bukit Arjuna, mengemas rasa membilas asa menuju pantai Pandawa

Bukit Nakula, berumah kesatria elegan tampil penuh ketampanan

Taat norma dan nilai hingga pandai balas budi

Orang tua pun tetangga dimuliakan pada proporsi tuntunan

Di kedalaman empati terjaga rapi

Bukit Nakula, kesatria Pinten berdiri tegak  menuju pantai Pandawa

Bukit Sadewa, bermakam kesatria juru arah keraguan

Rajin dan bijaksana dalam merawat kuncup kepastian

Mekar di kelopak bunga-bunga tanah lapang

Tak sempurna arah tujuan di kala raib dari peta perjalanan

Bukit Sadewa layaknya teleskop Bosscha dari tepian pantai Pandawa

Rumah Gedang, 9/8, Imam Muhayat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun