Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Klenger Boleh, Tewas Jangan untuk Anarki Dedicated Sidang MK

21 Agustus 2014   18:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:57 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Detik-detik penantian kepusan MK atas Sengketa PILPRES 2014 mengundang pengerahan masa dari dua kubu Prabowo Hatta dan Jokowi JK. Kemungkinan pengerahan masa ini juga akan terjadi selain di wilayah Jakarta. Pola operasi yang dilakukan oleh TNI-POLRI sudah proporsional. Mudah-mudahan dengan adanya siaga-1 ini justru masyarakat, rakyat akan lebih mendapat perlindungan, pengayoman dan pengamanan yang optimal.

Masyarakat dan rakyat juga seharusnya dapat mengapresiasi secara positif apa yang dilakukan oleh TNI-POLRI dan tidak sebaliknya akan membuat gerakan-gerakanyang dapat menyulut anarki destruktif. Masyarakat, dan rakyat dengan pengerahan masa tersebut hanya akan mengadakan gerakan moral dan aksi damai demi pelaksanaan system pemerintahan yang lebih baik. Kebaikan mencapai muaranya apabila juga diperjuangkan dengan cara yang baik pula.

Kerusuhan, anarki sudah sudah pasti akan menodai dan mencederai semua perjuangan yang sangat mulia. Apabila terjadi kerusuhan, TNI-POLRI- lah kemudian yang akan dapat menghakimi masa pelaku kerusuhan tersebut di lapangan. TNI-POLRI tetap mengedepankan pola-pola persuasive pada awalnya dan represif apabila memang seharusnya dilakukan. Pola-pola gelar operasi TNI - POLRI dalam mengawal detik-detik keputusan MK ini, baik yang dilakukan secara persuasive maupun represif, menyimak berbagai peristiwa kerusuhan yang membesar di dunia mana pun, agar dapat dijadikan cermin. Semboyan POLRI yang selalu ikhtiar melindungi, mengayomi, dan mengamankan dalam kondisi seperti apa perlu terus terjaga.

Mengambil pelajaran kerusuhan kecil kemudian menyulut kerusuhan yang lebih besar biasanya diawali pengamanan represif dan berlanjut memakan korban hingga tewas. Demonstran yang berbekal dengan labilitas emosional kemudian terbawa suasana panas, maka akan menyatukan solidaritas teman yang tewas sebagai dalih pembenaran gerakan anarki dan destruksi. Demikianlah peristiwa-peristiwa yang dapat disaksikan sebelumnya dalam berbagai kerusuhan.

Karena itu, harapan penulis pada momentum hasil keputusan MK yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat seluruh Indonesia yang ada di dalam negeri dan luar negeri ini dapat diterima dengan kegembiraan bersama dan dapat dimaknai kemenangan bersama rakyat Indonesia. Cuma sekadar ber-andai-andai, manakala terjadi kerusuhan dan keonaran yang bersifat anarki dan destruktif yang disebabkan kekecewaan hasil keputusan MK, maka SAH berdasarkan UU TNI-POLRI memperlakukan pengamanan secara represif. NAMUN, Saya sendiri berharap jangan sampai SENPI menyalak. Watercanon tumpah, penthong gebuk boleh. Klenger boleh tewas jangan. Bukankah demonstran tewas hanya akan menyulut kerusuhan hingga titik nadir dan dapat membahayakan keutuhan bangsandan Negara. Radhiyallah. Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun