Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teknik Wawancara yang Baik

15 Oktober 2014   22:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:52 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat Departemen Pendidikan Nasional yang diterbitkan oleh Kompas Gramedia Edisi Januari 2014  memuat pengertian Wawancara adalah: "Tanya jawab dengan seseorang (pejabat dsb) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi."  Pengertian lain wawancara adalah "tanya jawab peneliti dengan narasumber." Selanjutnya pada Kamus tersebut juga disebutkan mengenai model wawancara yang meliputi wawancara bebas, individual, kelompok, konferensi, terbuka, terpimpin, tertutup yang semuanya menempatkan karakteristiknya sendiri-sendiri.

Adapun mengenai mekanisme teknik wawancara yang baik tentu banyak menuntut kompetesi individu yang akan mengadakan wawancara, agar jalannya wawancara tersebut dapat berjalan sesuai harapan.

Ada beberapa tujuan dari hasil wawancara itu sesuai yang diinginkan/persetujuan keduanya. Misalnya, hasil wawancara yang bertujuan untuk memberikan pencitraan suatu usaha atau produk tentu. Maka hasil wawancara diarahkan pada informasi kinerja yang baik dan kualitas produk saja. Karena itu pewawancara hanya mendeskripsikan informasi yang baik-baik saja terkait kinerja dan produk yang dihasilkan. Biasanya hasil wawancara itu untuk konsumsi iklan dan etalase  pencitraan suatu produk dari suatu badan usaha/perusahaan dan kegiatan lainnya. Karena itu masih ada istilah pencitraan dan brand image tidak menempati kategori ilmiah.

Berbeda dengan hasil wawancara itu dengan tujuan penelitian yang dituntut menghadirkan informasi yang valid dan objektif, tentu untuk mendapatkan informasi semacam itu perlu melakukan berbagai langkah agar dapat memberikan gambaran dan informasi yang valid pula.

Informasi tidak hanya digali dari seorang informan saja, tetapi informasi didapatkan dari segenap lini yang diracik dan diarahkan pada penggalian informasi tertentu dengan tujuan untuk me-cross ceck kebenaran informasi sebelumnya yang dilakukan dalam waktu yang lama hingga menemui titik jenuh. Berbagai teknik bisa dilakukan, baik melalui instrumen terikat maupun bebas.

Hal-hal sederhana yang tidak boleh dilupakan oleh pewawancara dalam menghadapi informan adalah mencermati kondisi pisik yang fit dari kedua belah pihak.  Apalagi pewawancara sendiri sangat dituntut pisik yang fresh ketika mengadakan wawancara langsung.

Realitas ini akan sedikit mempengaruhi suatu sikap dan tindakan yang berakibat  menyenangakan atau sebalikknya tidak menyenangkan. Karena itu, pemilihan waktu dan juga berbagai kesepakatan perlu dibangun sedemikian rupa agar keduanya dapat mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.

Hal-hal sederhana lainnya, di samping hal-hal prisip utamanya instrumen wawancara, pada saat mengadakan wawancara adalah agar dapat  memahami sumber informasi/informan yang dihadapi. Baik karakter, mode, pilihan waktu, suasana, dan gerakan serta kecenderungan yang sedapat mungkin pihak pewawancara mampu mengidentifikasi hal-hal sederhana tersebut. Kesan semacam itu akan memberikan inspirasi tertentu, agar dapat menggali lebih dalam lagi yang kadang informasi tersebut belum terungkapkan atau tidak akan diungkapkan.

Penguasaan suasana hati, mental, penampilan, tatalaku, tutur kata merupakan hal yang rumit, nampaknya, tetapi kalau sudah menjadi sesuatu penjiwaan tidak akan menimbulkan masalah baru dalam mengorganisasi kegiatan wawancara. Karena kadang, yang menjadi sumber informasi boleh jadi orang yang sama sekali belum dikenal dan ada pula sumber informasi itu orang yang sudah dikenal. Kepekaan pewawancara menempatkan diri pada suasana apa pun akan lebih dapat mendorong hasil wawancara dengan informasi yang betul. Di samping pewawancara  juga harus selalu mempunyai kapabilitas mengarahkan dan mendeteksi informasi yang sesungguhnya atau yang terjadi sebenarnya. Wallahu a'lam. Imam Muhayat, 15 Oktober 2014.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun