Saya sangat mengapresiasi dengan baik acara yang sudah dan akan digelar Kompasiana dengan Kompasianivalnya pada 22 November 2014 mendatang. Hal itu saya buktikan ikut secara aktif menulis khusus di 'Bloc Competation antara Aku dengan Kompasiana.'
Kegiatan itu saya lakukan dengan santai dan terasa tidak ada beban. Dengan kompetisi yang saya ikuti di Bloc Competation itu, saya juga tidak mentargetkan saya harus jadi pemenang. Tetapi, yang selama ini aktivitas yang saya lakukan dengan iktikad bahwa saya harus selalu dapat mengelola makna kemenangan saya sendiri dengan baik. Sebab, saya sadari, betapa beratnya menjadi pemenang itu. Baik saat mendapat anugerah kemenangan maupun sesudah kemenangan itu dapat diraih. Karena kemenangan adalah salah satu identitas dan jati diri. Dengan itu semua tentu ada beban bagaimana selanjutnya membawa diri.
Untuk melakukan dengan intens mengikuti 'Bloc Competation antara Aku dengan Kompasiana' secara tuntas sudah saya akhiri pada pukul 23. 55 Wita. Â Berarti sebelum tengah malam untuk Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB), sebagaimana panitia memberikan batas akhir untuk competisi tersebut. Dengan lega dapat meramaikan bloc competation itu sebagai wujud respon positif terhadap kegiatan yang diadakan oleh Kompasiana yang selama ini saya mencoba selalu mengakrabinya dengan baik beserta beberapa tulisan yang dapat saya hasilkan.
Untuk itu, bolehlah untuk mengingat kembali artikel yang pernah saya tulis pada tanggal 22 Oktober 2014 lalu, saya menempatkan iktikad dalam mengikuti bloc competitian dengan menghadirkan tulisan dengan judul sumpah, yang tentu saya analogikan bulan Oktober sebagai bulan Sumpah Pemuda. Â Karena itu, maka saya sebagai Kompasianer yang berasal dari Indonesia sepenuh hati beritikad, sebagai berikut:
1.Bertekat dan ber-iktikad dapat menulis sebagai bentuk ekspresi kemerdekaan menuangkan ide dalam bentuk tulisan di Kompasiana.
2.Saya Kompasianer ber-iktikad menulis di Kompasiana sebisa mungkin dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya rubrik yang disediakan Kampasiana untuk pencerahan pribadi dan syukur-syukur dapat dimanfaatkan sesama Kompasianer lainnya.
3.Saya Kompasianer ber-iktikad menulis, selalu berikhtiar dapat mempertanggungjawabkan isi tulisan yang tidak menyinggung perasaan dan tidak menistakan ras, suku, golonan, agama, serta tidak merugikan orang lain dengan tulisan yang saya hadirkan.
4.Saya Kompasianer ber-iktikad menulis selalu berikhtiar hasil tulisan dapat sebagai tulisan yang menyuarakan analisis aktualitas, inspirasi, atau dapat menarik untuk berbuat yang lebih baik bagi individu, dan memberikan motivasi di luar individu untuk melangkah yang lebih baik.
5.Saya Kompasianer ber-iktikad ikhtiar menulis sesuai dengan kode etik dalam dunia tulis-menulis yang sengaja dipublikasikan.
6.Saya Kompasianer ber-iktikad ikhtiar menulis dari ekspresi hari-hari penuh keindahan, memaknai kedisiplinan dan kepedulian, serta dapat mewujudkan arti satu kata dalam satu perbuatan untuk kemajuan individu dan orang lainnya. Karena itu, dapat menjalin pertemanan dan persahabatan saat-saat yang selalu dinantikan.
7.Saya Kompasianer ber-iktikad menulis dengan suka hati. Hasil pemikiran sebagai bentuk komunikasi individu dalam pergaulan dengan Kompasianer lainnya. Tidak hanya mengejar kompetisi tertentu dalam meraih kemenangan. Kemenangan hanya suatu kebetulan, bukan sebagai tujuan. Sebagai bentuk ajang kompetisi tentu ada yang diunggulkan dari pertimbangkan dan penilaian dari sejumlah kriteria yang ditetapkan oleh Dewan Juri. Himbauan seperti ini selalu saya sampaikan pada saat saya mengadakan ajang berbagai perlombaan. Ada yang dinominasikan dan ada yang tidak masuk dalam nominasi dalam kompetisi suatu keniscayaan. Tetapi jangan salah, berkompetisilah yang didasari panggilan jiwa untuk melatih diri dalam kepekaan merespon berbagai fenomena kehidupan dalam bentuk tulisan. Karena motivasi yang keliru hanya akan menghadirkan kekecewaan, manakala yang diinginkan tidak didapatkan, serta jangan sampai dengan kekalahan itu dapat membunuh kreativitas dalam menuangkan ide-ide dalam tulisan. Kalau yang terjadi tumbuhnya kekecewaan, maka visi, misi, dan tujuan Kompetisi Kompasiana belum dipahami oleh kompetiter, dan semakin menjauhkan hakekat tujuan yang dikehendaki Kompasiana!
Demikian, kepada seluruh peserta yang mengikuti 'Bloc Competation antara Aku dan Kompasiana' yang begitu bergairah. Apa pun yang sudah kita lakukan itu adalah merupakan bagian aktivitas dinamika kita untuk dapat memberikan makna dalam kehidupan yang lebih baik. Namun, saya sendiri, manakala ada sesuatu tulisan yang kurang berkenan tentu sudilah kiranya memberikan apresiasi yang wajar sebagai bentuk kelemahan sendiri, dan manakala ada secercah kebaikan semoga memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan. Imam Muhayat, Bali 1 November 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H