Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Catatan Harian Seorang Imam

4 November 2014   19:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:41 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul di atas dengan kata imam tidak dapat dipersepsikan saya berstatus sebagai imam shalat rawatib. Hanya, memang saya diberi nama oleh kedua orang tua saya dengan melalui ibadah sunnah aqiqah, sebagaimana yang pernah diceritakan ibu kepada saya, bersamaan pada saat aqiqah itulah saya diberi nama Imam Muhayat. Diikrarkan pada acara ritual sunnah itu dilaksanakan. Cerita ibu yang disampaikan saat saya masih kecil itu menjadi kesan tersendiri bagi saya, dan saya dapat mensyukuri peristiwa itu dapat berlangsung walau pun tahun-tahun itu dalam kondisi krisis ekonomi, politik yang terjadi pada seputaran 1964-1965.

Sejenak mengurai arti judul yang saya tulis di atas, kini terkait dengan undangan yang sudah saya terima satu hari sebelumnya. Dalam catatan harian tertulis pada hari dan tanggal sekian saya mendapat undangan di suatu tempat. Waktu maghrib tertulis pukul 18. 19, dan waktu isya pukul 19. 30 Wita menunjuk tanggal 3 November 2014. Karena itu sudah jelas dua tempat saya harus harus menghadiri acara. Pertama saya harus menghadiri undangan untuk doa bersama yang dilaksanakan di Mushola, Nusa Dua. Acara dilaksanakan selesai melaksanakan salat maghrib s/d waktu Isya. Agenda ke-dua yang harus saya hadiri adalah undangan penjemputan jamaah Haji Kabupaten Badung pad pukul 23. 00 Wita.

Acara yang kedua ini menjadi pertimbangan saat itu. Pertama saya harus menempuh perjalanan malam tidak kurang dari dua jam menuju tempat tujuan. Kedua, saya sadari bahwa kedatangan sampai tujuan belum bisa ditentukan jam berapa dapat sampai di Denpasar, karena perjalanan menggunakan jalan darat dari Surabaya menuju Denpasar. Ketiga, kendaraan saya sedang macet dengan  lampu penerangnya. Keempat sebetulnya saya ada kesibukan membuat perencanaan untuk kebutuhan akademik yang belum dapat saya selesaikan. Kelima, satu hari sebelumnya saya kurang tidur malam. Beberapa pertimbangan itu menggelayuti seperti apa yang harus saya putuskan nantinya. Tidak pikir panjang lagi yang jelas acara yang pertama harus saya selesaikan dulu, baru kemudian merencanakan acara yang kedua. Akhirnya, yang penting acara pertama saya dapat melaksanakan dengan baik,  sedangkan acara yang kedua dapat saya susul kemudian.

Acara pertama sebagaimana biasa setelah melaksanakan shalat maghrib istirahat sejenak, langsung, saya mulai acara tersebut. Undangan sudah mencapai target kurang lebih sejumlah 70 undangan. Saya menyampaikan kepada undangan yang hadir saat itu, bahwa undangan ini atas permintaan keluarga almarhum Lamijo yang telah berpulang semoga amal ibadahnya diterima di sisiNya dan keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberikan kekuatan iman dan karunia dalam mengarungi kehidupannya dan senantiasa mendapat ridaNya.

Acara dimulai pada pukul 18. 40 dengan rangkaian yang sudah biasa dilaksanakan sampai berakhir persis menjelang waktu isya yang jatuh pada pukul 19. 31. Adzan dikumandangkan oleh muadzin sampai selesai kemudian diteruskan shalat isya berjamaah. Shalat isya selesai dan dilanjutkan ramah tamah untuk mengakhiri acara undangan yang barusan dilaksanakan tersebut. Pada saat itu, saya sampaikan bahwa pada malam ini juga Jamaah Haji Kabupaten Badung akan hadir yang diperkirakan pukul 23. 00 Wita. Saya sampaikan berita tersebut barangkali ada jamaah yang berkenan menjemput jamaah haji dapat langsung menuju tempat tersebut dengan jarak tempuh sekitar 50 km, yaitu di pusat pemerintahan Mangupura Kabupaten Badung. Bali, Imam Muhayat, 4 November 2014.

[caption id="attachment_332946" align="aligncenter" width="546" caption="Foto suasana ramah tamah selesai acara doa bersama di Mushola Jabal Nur, Nusadua, Bali, dokumen pribadi"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun