Mohon tunggu...
IMAM MUDIN
IMAM MUDIN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UINSSC)

Ciptakan Karya Manfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aisyah, Lentera di Tengah Gelap

15 Desember 2024   18:39 Diperbarui: 15 Desember 2024   18:39 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pexels(Max Fischer)

Aisyah adalah seorang guru yang dikenal karena ketelitian dan ketekunannya. Dia menghabiskan hidupnya untuk mendidik anak-anak yang hampir terlupakan oleh dunia di sebuah desa kecil yang terpencil. Ruang kelasnya kecil, terdiri dari bangunan tua yang dindingnya mulai retak, tetapi semangat Aisyah selalu berhasil menghidupkan suasana.

Hari itu hujan deras. Meskipun beberapa anak tidak hadir di sekolah, Aisyah tetap berdiri di depan papan tulis dan menunggu dengan sabar. Hanya tiga dari lima belas siswanya yang hadir. Rina, yang selalu duduk di barisan paling belakang, adalah salah satunya.

"Apa kalian tahu bahwa setiap tetes hujan adalah berkah?" tanya Aisyah dengan senyum hangat. Sama seperti kalian, yang selalu menjadi berkah bagi Ibu.

Rina dengan mata berbinar menatap gurunya. Ia menyadari bahwa Aisyah mengajarkan tidak hanya pelajaran, tetapi juga cinta dan harapan. Di balik senyum itu, bagaimanapun, ada rahasia yang selalu disimpan Aisyah.

Malam itu, Aisyah mengalami sakit dadanya di rumah kecil yang ia tempati seorang diri. Dia mengalami kelelahan fisik beberapa bulan terakhir, tetapi ia tetap menolak untuk berhenti mengajar. Dia percaya bahwa anak-anak adalah alasan hidupnya.

Anak-anak mulai gelisah suatu pagi ketika Aisyah tidak hadir di sekolah. Mereka mempertanyakan ke mana guru mereka yang selalu tiba lebih awal. Akhirnya, kepala desa memutuskan untuk pergi ke rumah Aisyah.

Mereka menemukan Aisyah terbaring lemah di atas ranjangnya di tempat itu. Meskipun dia tersengal, matanya berbinar ketika dia melihat anak-anak datang berkerumun di depan pintu.

Rina bertanya dengan suara gemetar, "Bu Aisyah, kenapa tidak bilang kalau Ibu sakit?"

"Ibu tidak ingin kalian khawatir. Tugas Ibu adalah memastikan kalian tetap belajar, tetap bermimpi, meski dunia ini kadang terasa berat," kata Aisyah, sambil tersenyum.

Anak-anak itu mulai menangis. Mereka menyadari bahwa gurunya yang penuh kasih sayang ini telah mengalami kesulitan yang lebih besar daripada yang mereka ketahui.

"Jangan pernah berhenti belajar, ya. Kalian adalah harapan," kata Aisyah dengan suara pelan. kalian memiliki kendali atas masa depan yang lebih baik. Ingatlah bahwa ilmu adalah cahaya, dan Anda adalah lentera yang akan menerangi jalan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun