Mohon tunggu...
IMAM MUDIN
IMAM MUDIN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UINSSC)

Ciptakan Karya Manfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Bawah Langit Biru

15 Desember 2024   10:32 Diperbarui: 15 Desember 2024   10:34 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan tangan yang gemetar, Pak Surya menyerahkan buku kecil yang berisi coretan tangan Arga. Buku itu penuh dengan puisi yang dipenuhi dengan metafora tentang waktu, kehilangan, dan cinta.

Jika waktu adalah perahu, Ratri, bintang malamku, aku berharap bisa menyeberangi lautan waktu untuk kembali kepadamu.

Meskipun dia menangis, itu bukan karena kesedihan. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa Arga tidak benar-benar pergi; setiap bait yang ia tulis, setiap langkah yang Ratri ambil untuk menunggu senja, memberinya kehidupan.

Langit jingga mulai memudar, dan malam tiba. Namun, hati Ratri sekarang bersinar seperti bulan yang mengambil cahaya matahari.

"Arga, aku akan melanjutkan puisi kita," katanya sambil tersenyum.

Sejak saat itu, Ratri menulis setiap sore, menulis kisah cinta yang tidak pernah selesai hingga suatu hari ia yakin Arga akan tersenyum di balik langit jingga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun