Mohon tunggu...
Imam Mashudi Latif
Imam Mashudi Latif Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Darul Ulum Jombang

Menyukai bacaan-bacaan ringan untuk dikembangkan sebagai ide tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Santri Pemberani

22 Oktober 2024   08:00 Diperbarui: 22 Oktober 2024   08:04 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pondok pesantren. Santri biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Selama tinggal di pesantren, santri memperoleh ilmu dan pengalaman bersama pengasuh dan sesama santri.

Dengan belajar di pesantren, santri akan mendapatkan banyak manfaat. Pertama, pendidikan agama yang mendalam. Pendidikan di pesantren terfokus pada pengajaran ilmu agama. Hal ini membantu santri memahami ajaran Islam secara mendalam.

Kedua, lingkungan spiritual. Pesantren memberikan suasana yang kondusif untuk pengembangan spiritual dan ibadah. Hal ini bertujuan agar santri semakin tekun beribadah untuk mempererat hubungan mereka dengan Tuhan.

Ketiga, karakter dan etika. Pesantren menekankan pembentukan karakter dan akhlak, membekali santri dengan nilai-nilai moral yang kuat. Akhlak bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi juga dipraktikkan dalam kehidupan pesantren.

Keempat, kedisiplinan. Kehidupan di pesantren biasanya terstruktur dan disiplin. Pembelajaran dan kegiatan lainnya dilaksanakan dengan memperhatikan jadwal. Hal ini dapat memotivasi santri untuk lebih bertanggung jawab dalam membagi waktu.

Kelima, komunitas dan persaudaraan. Santri biasanya membangun hubungan yang erat dengan sesama santri. Hal ini bisa menciptakan rasa persaudaraan dan komunitas yang solid. Hubungan itu terjalin selama santri tinggal di pesantren, bahkan bisa berlanjut setelah santri menyelesaikan masa pendidikannya.

Keenam, keterampilan hidup. Selama menempuh pendidikan pesantren dan jauh dari keluarga, santri juga bisa belajar dan berlatih menjalani kehidupan di masa depannya. Pengalaman di pesantren bisa menambah keterampilan santri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya: keterampilan memasak makanan, mencuci pakaian, dan lain-lain. Pada masa sekarang memang banyak kantin yang menyediakan makanan dan minuman di lingkungan pesantren dan sekitarnya. Banyak juga sarana mencuci pakaian (laundry). Meskipun demikian, masih ada santri yang melakukan pekerjaan itu secara mandiri, terutama untuk makanan atau pakaian sederhana. Dengan demikian, santri bisa lebih mandiri dan tidak selalu mengandalkan orang tua.

Ketujuh, pendidikan formal. Beberapa pesantren juga menawarkan kurikulum formal di samping pelajaran keagamaan. Hal ini memungkinkan santri mendapatkan pendidikan yang lebih luas atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kedelapan, pengembangan diri. Banyak pesantren yang menyediakan program pengembangan diri, seperti keterampilan berorganisasi dan kepemimpinan. Ada pesantren yang mengembangkan pendidikan berwawasan lingkungan hidup. Ada juga pesantren yang mempunyai program pengembangan bakat kewirausahaan, olahraga, kesenian, dan lain-lain.

Santri pencinta alam
Santri pencinta alam

Dengan berbagai manfaat tersebut, belajar di pesantren dapat menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi para santri. Pesantren juga menjadi tempat penggemblengan santri agar menjadi pribadi yang memiliki keberanian. Dalam konteks ini, keberanian tidak hanya merujuk pada keberanian fisik, tetapi juga keberanian mental dan spiritual. Santri pemberani biasanya berani dalam menyuarakan kebenaran, mempertahankan prinsip-prinsip agama, dan mengatasi tantangan kehidupan sehari-hari. Mereka berani dalam membela keyakinan, menghadapi ketidakadilan, dan mengambil langkah positif untuk mengubah diri dan lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

Contoh yang membuktikan keberanian santri adalah Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh K.H. Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945. Beliau yang juga pendiri NU berusaha mengobarkan semangat santri, pemuda, dan masyarakat untuk berjuang melawan penjajah demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa bersejarah ini kemudian menjadi latar belakang ditetapkannya 22 Oktober sebagai Hari Santri. Contoh yang lain adalah keberanian K.H. Musta'in Romly mendirikan Universitas Darul 'Ulum Jombang. Pada saat itu, banyak pesantren yang belum memiliki lembaga pendidikan formal. Keberanian beliau menjadi sumber inspirasi bagi pesantren yang lain sehingga sekarang banyak perguruan tinggi berlatar belakang pesantren.

Upacara peringatan Hari Santri
Upacara peringatan Hari Santri

Keberanian para ulama (kiai) harus menjadi teladan bagi santri. Semangat santri tidak boleh berhenti setelah menyelesaikan pendidikannya. Santri harus lebih berani menghadapi tantangan dan beradaptasi dan dengan kehidupan dunia modern, tanpa mengabaikan nilai-nilai ajaran Islam. Begitulah sosok santri pemberani yang ideal, tidak takut menghadapi masalah kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun