Mungkin belum banyak yang tahu tentang Danau Sentarum. Danau ini merupakan kawasan konservasi berbentuk floodplain dan danau pasang surut terluas di Asia Tenggara.
Kawasan ini terbentuk dari puluhan danau besar dan kecil yang menyambung menjadi satu dan membentuk suatu lumbung air raksasa yang mensuplai 50% debit air Sungai Kapuas; sungai terpanjang di Indonesia. Danau ini pun juga menjadi rumah tinggal dari beberapa satwa endemik kalimantan seperti Burung Enggang dan Bekantan.
Danau ini dapat ditempuh dari Pontianak menggunakan pesawat ke Kota Sintang. Dilanjutkan perjalanan darat selama kurang lebih 3 jam ke kecamatan Semitau atau Suhaid. Disana kita bisa beristirahat dan mengisi bekal yang akan kita bawa ke danau karena setelah itu kita masih harus menempuh perjalanan menggunakan speedboat atau longboat ke hulu. Di saat itulah perjalanan yang sebenarnya baru akan di mulai.
Bertolak dari Sintang kita akan disuguhi pemandangan hijau menyegarkan mata. Berbukit serta berkelok kelok. Kondisi jalan pun mayoritas dalam kondisi baik.
Sepanjang perjalanan. Dokumen pribadi
Sesampainya di Kecamatan Suhaid, kita akan mendapatkan pengalaman yang unik. Yaitu pengalaman singgah di kampung air khas
Kalimantan. Perkampungan tradisional yang padat ini semuanya berdiri di atas kawasan pasang surut sungai. Yang ketika air pasang semuanya dipenuhi air.
Satu lagi keunikannya adalah rumah, masjid, sekolah, jalanan, semuanya berupa banguanan panggung kayu di atas air. Mata kita pun akan pula dimanjakan dengan banyaknya kolam peternakan Arwana di daerah ini. Arwana yang menjadi komoditi andalan di sini adalah Arwana Merah, yang  merupakan ikan asli kawasan sentarum.
perkampungan di kecamatan suhaid. dokumen pribadi
suhaid-3-57d7b387159773a043d827d8.jpg
Setelah beristirahat dan mengisi perut sejenak, dari sini kita akan memulai perjalanan air menuju Danau Sentarum. Kita bisa menyewa boat milik warga dengan harga sekitar 1,5 sampai 2 juta. Jadi disarankan datang ramai-ramai untuk menghemat biaya.
a-3-57d7b9541e23bd2849b7b34d.jpg
Sepanjang jalan, kita akan sering berpapasan dengan warga yang berlalu lalang. Karena sungai sudah seperti Jalan Tol bagi warga di sini. Banyak perkampungan nelayan di sepanjang pesisir sungai yang bahkan tak mempunyai akses jalan darat. untuk bepergian mereka mengandalkan perahu dan kapal. Saking vitalnya transportasi sungai, kita bahkan akan dapat dengan mudah menemukan rambu-rambu lalu lintas dan petununjuk arah layaknya di jalan raya.
Terdapat dua tanda yang terlihat aneh di mata, dan ketika bertanya kepada supir speedboat. Dia menceritakan kalau itu merupakan tanda larangan mengambil bunga (Anggrek). Karena kawasan hutan di sana merupakan habitat alami berbagai jenis bunga anggrek.
Mengamati hamparan hutan tropis yang masih asri dan perawan, ditambah atraksi binatang-binatang seperti burung dan kera di atas pohon sepanjang sungai akan membuat lamanya perjalanan air ini menjadi tak terasa. Bahkan bila kita beruntung kita bisa melihat Burung Enggang atau Kera Bekantan (Kera Dufan; Kera hidung besar) ketika sudah mendekati kawasan danau.
Ketika perahu mencapai kawasan danau, kita akan di arahkan menuju Bukit Tekenang. Bukit Tekenang merupakan bukit tertinggi di tengah-tengah kawasan Danau Sentarum. Bukit ini merupakan tempat terbaik untuk menikmati keindahan danau ini.
Bersandar di dermaga bukit tekenang, kita harus melapor dan membayar retribusi. Setelah itu mulai lah pendakian kita menuju puncak Tekenang. Bukit ini sebenarnya tak terlalu tinggi, namun jalurnya sangat menanjak.
Apalagi matahari kalimantan yang sangat menyengat makin menyulitkan pendakian. Akan tetapi, baru setengah perjalanan saja, kita sudah akan disuguhi pemandangan yang membuat mata terbelalak. Rasa lelah dan keringat yang mengucur seakan sirna ketika mencapai puncak. Ketika mata dimanjakan hamparan danau dan hutan hijau di segala arah.
bukit-11-57d7d6851597735e46d827d4.jpg
Danau Sentarum tak hanya indah dilihat dari atas saja. Kita juga dapat berkeliling menyusuri sungai-sungai di sekitar danau atau berperahu ke tengah danau yang sangat luas ini.
Air danau yang sangat tenang memantulkan awan, perbukitan, pepohonan dan semua benda di atasnya. Membuat kita seakan berperahu di tengah hamparan kaca raksasa.
d3-57d7d87b1597738b46d827d5.jpg
Sentarum adalah danau pasang surut. Sekarang ini kondisi danau sedang surut. Sehingga munculah pulau-pulau kecil di tengah danau yang bisa kita kunjungi untuk sekedar bersantai menikmati pemandangan ataupun memancing.
Akan tetapi, ketika musim penghujan datang, permukaan danau akan naik drastis dan membanjiri semua kawasan, kenaikan permukaan airnya sampai sekitar 10 sampai 15 meter dari kondisi sekarang. Sehingga menenggelamkan semua pulau-pulau dan daratan-daratan yang ada di sana. Menyisakan ujung dahan pepohonan dan beberapa bukit termasuk Bukit Tekenang.
Matahari pun sudah mulai condong. Dan kita harus bergegas kembali ke Hilir, yaitu ke daerah Suhaid. Dikarenakan kondisi air di sini ketika senja dapat berubah sewaktu-waktu. Dari yang awalnya tenang menjadi berarus ganas dan berangin kencang sehingga dapat membuat perahu terbalik. Atau jika kita terlanjur kemalaman, kita bisa menginap di Bukit Tekenang. Di sana sudah ada pondokan-pondokan yang bisa digunakan untuk bermalam.
Danau Sentarum, bukan hanya sekedar Taman Nasional. Dia merupakan benteng yang menjaga keanekaragaman flora dan fauna asli Indonesia. Tempat Eksotis yang wajib dikunjungi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya