Pada tanggal 6 September 2023, Indonesia dan dunia dikejutkan oleh berita tragis bahwa Gunung Bromo, salah satu ikon wisata alam yang terkenal di Indonesia, mengalami kebakaran yang serius. Kebakaran ini bermula dari rombongan tim fotografer dan calon pengantin yang melakukan sesi foto pre-wedding dan menggunakan flare atau suar sebagai properti pemotretan, yang akhirnya menimbulkan percikan api sehingga terjadi kebakaran di padang savana area Bukit Teletubbies di Gunung Bromo. Kejadian ini menyebabkan kerugian ekologis dan dampak negatif terhadap lingkungan serta masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Salah satu faktor yang diduga berperan dalam kebakaran ini adalah efek El Nino. Dalam artikel ini, kita akan membahas terbakarnya Gunung Bromo pada 6 September 2023 dan peran yang dimainkan oleh fenomena iklim El Nino.
Gunung Bromo: Pesona dan Ancaman
Gunung Bromo terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini terkenal karena pemandangannya yang spektakuler, terutama saat matahari terbit di Bukit Penanjakan, yang memberikan pemandangan indah dari kawah aktif Gunung Bromo. Selain itu, kawasan ini juga memiliki nilai ekologis yang tinggi dan penting bagi ekosistem lokal.
Namun, Gunung Bromo juga memiliki sejarah letusan yang cukup aktif, sehingga kebakaran bisa menjadi ancaman yang potensial. Kebakaran di gunung ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi, namun, kebakaran pada September 2023 adalah salah satu yang terparah dalam beberapa dekade terakhir.
Peran Efek El Nino
Efek El Nino adalah fenomena iklim alami yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik tropis menghangat secara signifikan, yang pada gilirannya mempengaruhi iklim global. Salah satu efek El Nino yang paling terlihat adalah perubahan pola hujan dan curah hujan yang rendah di beberapa daerah.
Dalam konteks kebakaran Gunung Bromo, peran efek El Nino dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Curah Hujan Rendah: Efek El Nino sering dikaitkan dengan penurunan curah hujan di berbagai wilayah, termasuk Indonesia. Kurangnya hujan membuat vegetasi di sekitar Gunung Bromo menjadi kering dan rentan terhadap kebakaran. Tanaman yang biasanya hijau dan lembap menjadi mudah terbakar saat kondisi kering ini.
2. Penyebaran Asap: Kekeringan dan tingginya suhu udara yang terkait dengan El Nino juga dapat mempengaruhi penyebaran asap dari kebakaran. Angin kering yang kuat dapat membawa asap ke berbagai arah, bahkan hingga ke kawasan yang jauh dari sumber kebakaran.
3. Periode Panjang Efek El Nino: Periode El Nino dapat berlangsung selama beberapa bulan hingga setahun. Hal ini berarti bahwa potensi risiko kebakaran dapat berlanjut dalam jangka waktu yang cukup lama, memberikan peluang bagi kebakaran untuk berkembang dan merusak lingkungan.
Upaya Penanggulangan dan Pencegahan