Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyikapi Musibah

6 Oktober 2017   17:56 Diperbarui: 6 Oktober 2017   18:41 2582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MUSIBAH SEBAGAI ANUGERAH BAGI ORANG BERIMAN. Sumber: https://www.pinterest.de/pin/461126449324079221/

Kita kadang-kadang berpikir mengapa Allah membiarkan Nabi Yunus AS harus dimakan ikan, menurut pikiran kita sebagai awam mengapa bukan si panjahat saja yang harus dimakan ikan? Ada hadits (riwayat Ibnu Majah dan Imam Thabrani) yang menyakan : besarnya pahala tergantung besrnya ujian, artinya semakin tinggi tingkat seseorang semakin dekat dengan Allah swt semakin tinggi ujiannya, ibarat pohon semakin tinggi maka semakin kencang angin yang menerpanya.

 Ketiga, musibah itu sebagai pencuci dosa. Ada contoh menarik ketika Rasulullah datang menengok seorang badui yang sedang sakit panas dan Rasulullah berkata:”sakitmu itu sebagai pensuci dosa-dosa anda” ada hadits riwayat Imam Tirmidzi yang menyebutkan: “orang mumin dan muminat tidak akan terlpas dari ujian/bala baik pada dirinya, anaknya atau hartanya sampai ia bertemu dengan Allah tanpa ada kesalahan dosa sama sekali.

Keempatsebagai penghapus dosa, jadi bisa dalam bentuk kaffarat, ada yang dalam bentuk affian/ dosa dan kesalahannya dimaafkan, dibebaskan dengan kata lain dosa-dosa dan kesalahannya dihilangkan, ada yang berbentuk maghfirah (ampunan). Kalau diurutkan, posisi terendah adalah kaffarat, sedangkan paling tinggi adalah maghfirah.

Sedangkan yang berbentuk affu ada ditengah, namun demikian ia akan mendapat pembebasan atau penghapusan, semua catatan buruk tidak ditemukan lagi, ibarat diterawang di lembaran kertaspun tidak akan tampak bekas-bekasnya lagi. Orang muslim yang mendapatkannya termasuk sangat beruntung.

Namun demikian posisinya masih kalah dengan maghfirah, disini semuanya ditutup, tutup buku, dan diganti buku baru masih mulus putih bersih. Sehingga dalam kaitannya dengan musibah, yang beruntung perolehan akhir adalah Maghfirah, affian, kemudian terakhir kaffarat.

Sehingga dalam shahih Muslim disebutkan  “ Tidak ada seorang muslim/muslimat yang dibei musibah oleh Allah baik berupa sakit, kesedihan, keresahan, bahkan sampai kena duri sekalipun semuanya itu akan menjadi kaffarat baginya.

Kelima,sebagai tanda cinta kasih dari Allah kepada hamba-hambaNya.”Ketika Allah mencintai seseorang atau sekelompok orang mereka akan diujiNya. Siapa yang rela dengan ujianNya, ia akan mendapat ridha Allah, dari yang paling rendah kaffarat sampai yang paling tingi yaitu Maghfirah.

Sebenarnya masih ada yang jauh lebih tinggi lagi yang hanya diberikan kepada hambanya yang ikhlas dan para Nabi, yaitu sampai pada mendapat martabat “Karunia Rahmat”. Namun perlu diingat bagi yang marah mereka akan mendapatkan murka Allah.

Keenam, yang dikehendaki baik oleh Allah. Allah swt akan mensegerakan siksaannya didunia, yang sebenarnya dineraka lalu hanya dipindahkan ke dunia sehingga menjadi sangat kecil, hanya pusing, gatal, dsb. Berbeda terhadap orang kafir yang dikehendaki jelek oleh Allah swt, maka dosa-dosanya tidak diganti dengan tebusan musibah, tetapi dikumpulkan semuanya lalu dipindahkan di akherat. Naudzubillahimindzalik.

Dari keenam hikmah musibah bagi setiap muslimin dan muslimat, “ajaban li amri mu’min” sungguh mengagumkan sikap orang mu’min, setiap perilakunya positip apabila diberi kenikmatan ia bersyukur, dan apabila diberi musibah ia bersabar. Tidak ada nikmat kecuali bersyukur dan tidak ada musibah kecuali bersabar.

 “Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengatakan, sesungguhnya kami ini berasal dari Allah, dan kami juga akan kembali kepada-Nya. Mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan ucapan shalawat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh hidayah. (Al-Baqarah: 155-157)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun