Kepemimpinan Presiden Joko Widodo selama menjalankan roda pemerintahan sangat sering diuji, bukan ujian bentuk kinerja tetapi hampir semua ujian bentuknya untuk menjatuhkan sebagai Presiden RI. Untungnya Jokowi menjadi Presiden karena hasil pilihan rakyat, keuntungan yang lain dimiliki Jokowi adalah didukung oleh mayoritas partai politik yang ada di DPR. Sedangkan partai politik sisanya yang hanya 30 % Â itulah yang sering kali berusaha menjegalnya ditengah jalan.
 Untuk menjawab bermacam ujian tersebut  yang berupaya untuk menjatuhkan dirinya, Jokowi hanya berbekal kepada satu keyakinan yang dijadikan  kekuatan andalannya yaitu konsisten terhadap ideologi Pancasila dan memgang teguh konstitusi UUD 45.  Hasilnya selalu baik nyaris sempurna. Bermacam cara agar Presiden Jokowi terpuruk secara politik, tidak berhasil.
Berbekal dengan kekuatan andalannya, kejujuran, keberanian dan ketegasan Jokowi melangkah kerja dengan hasil mengagumkan. Digertak dengan kekuatan aksi 7 juta kaum yang menganggap dirinya ahli surga, bukannya mundur, malahan maju. Berikut ujian yang menghadang Jokowi selama hampir 10 bulan terakhir dimulai dari akhir 2016 sd 30 September 2017. Â Dan bagaimana cara Presiden Jokowi menyelesaikan perkara-perkara yang menghadangnya.
Yang pertama,
Setelah mengkandangkan 11 orang yang akan merusak tatanan demokrasi Pancasila dan Konstitusi '45 , Jokowi bersama pak JK bergerak cepat, tepat dan terukur mengajak MenkoPolhukam, Panglima TNI, Kapolri, Menteri-menteri, dan pejabat terkait menghadiri aksi bela Islam "212" di Monas.
Siapapun takan menyangka, Jokowi dengan lantang mengajak semua peserta aksi 212 mengumandangkan kebesaran nama Tuhan, "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar", dan mereka semua menurut dengan semangat mengikuti Jokowi. Semua yang berunjuk -- aksi dengan tertib bersama Presiden Jokowi, bermunajat kepada Sang Pencipta.
Setelah instrospeksi diri, beristighfar, setelah itu mereka diminta pulang, dan tidak membuat kerusakan, merekapun tunduk, patuh. Namun disisi lain, para pembenci Jokowi tertunduk lesu, kecewa berat, Presiden Jokowi yang mereka sangka seorang penakut ternyata tidak bisa mempan digertak dengan kekuatan aksi 212.
Sang komandan melongo, tidak sepatahpun katapun yang berhasil keluar dari mulut besarnya. Sang imam besar  tertunduk lesu, apa yang akan diperbuat selanjutnya, dia berpikir seribu kali, selalu mentok, tidak ada jalan keluar. Bahkan kini tebayang dipelupuk matanya 10 kasus besar sedang menanti dirinya.
Tak ada satu kekuatanpun kini yang bisa membantu. Tidak juga Pak Wiranto, termasuk Jenderal Gatot tidak bisa membantu, apalagi Pak Tito, semua menjauhinya. Ia kini sendirian, nun jauh di seberang lautan gurun Saudi. Harapan besar yang diandalkan hanya kepada 212 ternyata sia-sia. Bahkan mereka berkelompok membentuk grup sendiri bersilahturahmi dengan Presiden.
 Mereka semua hanya pecundang, mundur teratur, padahal ia telah keluarkan milyaran khusus untuk kelompok-kelompok yang ingin mengusung kekhilafahan di Indonesia.Â
Itulah cerita singkat 10 bulan yang lalu ketika Presiden Jokowi menghadapi masa yang begitu besar ada yang menyebutnya 7 sd  8 juta orang yang ber-aksi di Monas pada peristiwa yang dikenal dengan 212.