Silahturahmi dan ziarah kali ini waktu nya sangat baik karena bersamaan dengan tahun baru Islam, selain rutin silahturahmi Jum’at kliwonan di Kanzus Shalawat yang selalu diisi pengajian kajian kitab kuning Jami’ul Ushul Fil Auliya’yang dibimbing langsung oleh Syech Maulana Habib Luthfi bin Ali Bin Hasyimi bin Yahya, rencananya seusai pengajian akan berziarah ke Sapuro.
Sapuro adalah lokasi ziarah berupa makam seorang ulama besar yang berhasil mensyiarkan Islam khususnya di daerah Pekalongan dan sekitarnya. Tempat ziarah tersebut tidak jauh dari tempat Kanzus Shalawat masih di dalam kota Pekalongan yang akan saya kunjungi. Yaitu,pertama makam wali Allah, Syech Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib al Athos, dan makam orang tua dari Habib Luthfi, Syech Maulana Habib Hasyimi bin Yahya.
Syech Habib Ahmad sangat populer dikalangan ulama di tanah air, beliau dilahirkan di Yaman pada tahun 1255 H atau tahun 1836 masehi. Habib Ahmad dikenal juga sebagai seorang ulama besar penghafal al Qur’an, ahli tafsir, yang berhasi menyebarkan ajaran Islam di Kota Pekalongan dan daerah sekitarnya. Seorang ulama besar yang jalan penghidupannya layak menjadi suri tauladan oleh umat Islam khususnya umat Islam Indonesia  terutama di kalangan para pensyiar agama.
Beliau murid kesayangan dari Assayyid Ahmad Zaini Dahlan, seorang ulama besar pada zamannya yang pernah menjadi guru dari pendiri NU Hadratusyaikh KH Hasyim Azhari dan Mbah KH Kholil Bangkalan Madura. Kereta yang saya tumpangi berangkat dari Jakarta (Setasiun Senen) pk. 15.15 wib dan tiba di setasiun Pekalongan pk 08. 30 wib di hari Kamis wage malam Jum'at kliwon.
Wah benar-benar Pekalongan bukan hanya batiknya yang moncer mendunia, tak disangka sajian nasi ikan asapnya sangat lezat, membuat ketagihan selera orang-orang yang menyukai ragam kuliner Indonesia, yang beraneka ragam rempah penyedap rasa. Bagi peziarah yang baru pertamakali menginjakan kakinya di kota Pekalongan tak usah khawatir lokasi Kanzus Shalawat dan Makam Sapuro sangat mudah dicari.
Disamping keberadaannya ada didalam kota Pekalongan, keramahan penduduk setempat khususnya petugas kepolisian siap membantu memberikan petunjuk arah kepada anda. Sebetulnya tak usah repot mencari alamat Kanzus Shalawat dan Sapuro, minta bantu abang becak maka dengan uang Rp 20.000,- dijamin sampai.
Kunikmati saja ojek pekalongan yang sedang meluncur dimalam Jum'at kliwon langsung ke kediaman Abah (Habib Luthfi). Rute yang paling singkat bisa diambil  dari setasiun KA ke Kanzus Shalawat adalah, masuk Jln. Pantura, Jln. Hayam Wuruk, Jln. Dr Cipto Mangunkusumo, dan sampai ke Jln. Dr Wahidin No 70. Bila membawa kendaraan pribadi dari arah Jakarta rute yang paling singkat bisa diambi masuk dari Jln. Dr Supomo, Jln. Pantura,  Jln. Medono Limpung, dan sampailah di Jln. Dr Wahidin.
Seperti biasanya sesuai rencana atau jadwal yang saya buat malam jumat kliwonnya menginap di rumah Habib dan paginya sampai dengan jam 10.00 mengikuti pengajian kliwonan di lokasi Kanzus Shalawat yang hanya berjarak 50 meteran dari rumah Abah. Setelah shalat Isya di mushola dalam rumah Abah, saya coba jalan sebentar lihat keadaam Kanzus Shalawat ternyata sudah dipenuhi jamaah yang datang dari berbagai daerah. Sedangkan yang tidak kebagian tempat di Kanzus sebagian dari mereka ada yang menumpang atau sewa tempat sementara di rumah penduduk, mushola-mushola masjid juga sudah penuh.
Jama'ah yang datang khusus di rumah Habib malam kliwonan juga sudah berjubel, mereka datang menunggu di ruang tamu dan aula yang cukup luas. Kaum ibu dan anak-anak gadisnya ditempatkan di ruang perpustakaan dan mushola yang berdampingan dengan ruang aula. Antara ruangan yang berisi kaum ibu dengan aula di batasi oleh sederet almari sepanjang kurang lebih 30 meter yang isinya kitab-kitab kuning kepunyaan Habib.
 Sepertinya kaum ibu diberikan tempat menginap yang paling strategis karena banyak kemudahan khusus diperuntukan untuk para wanita muslimah. Antara lain, berdekatan dengan tempat istirahat, berjejer 5 kamar mandi dan toilet serta 5 deret keran untuk wudlu. Dekat dengan dapur dan halaman belakang tempat jemuran pakaian, dekat dengan ruang garasi mobil yang sangat luas bisa menampung 10 mobil sekelas fortuner.
Mereka berpendidikan paling rendah tingkat Aliyah bahkan banyak dari mereka adalah sarjana dan ada juga seorang dosen di salah satu perguruan tinggi di kotanya. Setelah saling bersalaman saya berikan sedikit oleh-oleh dari Jakarta untuk menemani sejenak ngobrol berbagai hal, mulai dari masalah sosial sampai persoalan politik  di Indonesia terutama di Ibu kota Jakarta.
Wawasan keilmuannya mereka yang sangat luas, menjadikan obrolan sangat menarik dan berlangsung cukup lama sampai sekitar jam 02.00 tengah malam baru selesai. Saya agak heran yang menjadi topik pembicaraan lebih banyak mensoroti perpolitikan di negeri ini, padahal mereka berlatar belakang pendidikan pesantren, atau kesarjanaannya dari institute agama Islam.Â
Yah masih ada sisa waktu untuk istirahat, lumayan akan saya manfaatkan untuk istirahat cukup 1jam saja, selebihnya sampai menjelang subuh sedikit saya baca-baca yang penting untuk dibaca. Dan sekali lagi seperti halnya terhadap tamu Ibu-Ibu, kamipun para tamu laki-laki diperlakukan dengan sangat baik oleh tuan rumah.
Pengajian Kanzus Shalawat.
Paginya saya bersama dengan jamaah lainnya sudah berada di dalam Kanzus Shalawat. Persisnya hanya berjarak 1 meter dari tempat duduk KH Zakaria Ansori yang bertugas membacakan kitab Jami’ul Ushul Fil Auliya’ yang selanjutnya Abah (Habib Luthfi bin Ali bin Hasyimi bin Yahya) sendiri yang akan menerangkan isi yang terkandung dalam kitab tersebut kepada jamaah.Â
Walaupun tidak berada di dekat Habib, bagi saya yang penting masih bisa melihat dengan jelas Habib Luthfi, serta lebih mudah mendengarkan pengajian yang disampaikan beliau dan yang lebih penting lagi pada akhir pengajian nantinya tidak akan sampai berdesakan dan berebutan ketika hendak bersalaman dengan Habib Luthfi.Â
Ketika pengajian dimulai, tampak, di luar ruangan Kanzus Shalawat jumlahnya ribuan jama’ah pengajian yang memenuhi jalan Dr Wahidin sepanjang hampir 1 km. Luar biasa semangat yang mereka miliki, untuk mengikuti pengajian Habib Luthfi. Semua jamaah tanpa dikomando selalu disiplin tidak ada yang berani berisik, sangat tertib. Kalaupun ada suara sambutan demikian gemuruh dan membahana karena menjawab ucapan shalawat ketika nama Nabi besar Muhammad saw.
 Ketika Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Hasyimi bin Yahya  atau Abah Luthfi memasuki ruangan dan menempati kursi yang telah disiapkan untuk beliau suasana demikian hening dan sangat merasuk kalbu seolah telah hadir dihadapan kita bukan hanya Abah Luthfi saja  tetapi dihadapan kita berjejer para ulama besar, para wali Allah yang melimpahkan keberkahannya kepada semua yang menghadiri pengajian di Kanzus Shalawat.
 Benar saja, selesai pengajian para jama’ah berebut menyalami dan cium tangan Habib Luthfi. Untung saja walupun jumlahnya ribuan semuanya kebagian  bersalaman dengan Abah tercinta, semoga semua yang hadir di pengajian jum’at kliwonan Habib Luthfi, mendapat keberkahan kesehatan dan keselamatan , semoga amin.
Allahumma shalli ‘alla sayyidina Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad dan semoga Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Hasyimi bin Yahya senantiasa mendapatkan kesehatan, selalu sejahtera, dan dipanjangkan umurnya, amin, amin, amin.
 Dalam tulisan ini akan saya teruskan ke Sapuro. Apa itu Sapuro adalah  makam Syech Ahmad dan makam Syech Hasyimi. Mari kita ikuti terus kunjungan saya ke Sapuro yang terkenal itu. Baiklah, selesai bersilahturami-salaman dengan Abah, saya mencari ojek untuk mengantarkan ke Sapuro. Karena dekat, lokasinya dari Kanzus paling jauh tidak sampai 3 km. Jadi ya cukup dengan ongkos Rp 20.000,- Bagi yang ingin ziarah ke Sapuro dari Kanzus Shalawat  ambil rute cepat.
Yaitu dari Jln. Dr Wahidin atau dari Kanzus, masuk gg 8 Dr Wahidin, dan terus saja sampai masuk ke Jln. RA Kartini, sampai ketemu Jln. Pintas Sapuro, dan terus ke Jln. Warmidi, Jln. Madura, sampailah ke komplek makam Sapuro. Disana ada dua makam cara yang mudah untuk membedakan yang mana makam Syech Habib Ahmad dan yang mana  makam Syech Hasyimi bin Yahya sangat gampang.
Dari kejauhan bisa dilihat yang paling banyak dikunjungi para peziarah itulah makam Syech Habib Ahmad. Makam  Syech Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib al Athos, memang sangat terkenal dikalangan para peziarah terutama dari luar daerah Pekalongan. Cara lain utuk membedakan makam Syech Habib Ahmad dengan makam yang lainnya adalah, cungkup (rumah makam) Syech Ahmad akan  terlihat paling besar diantara semua makam di Sapuro. Atau makam Sech Habib Ahmad mempunyai halaman paling luas yang dipenuhi dengan pedagang batik dan pedagang kuliner.
Karena disana ada  ulama kharismatik Syech Maulana Habib Luthfi yang selalu menjadi rujukan tempat bertanya bagi masyarakat bawah sampai Presiden. Hampir semua yang datang ke Sapura sebelumnya sudah mampir di Habib Luthfi, dan selalu menceritakan kepuasaannya kepada yang lain setelah berkunjung dan silahturahmi dengan Abah. Jadi Sapuro sebagai pelengkapnya para peziarah setelah mereka bersilahturahmi kepada Abah (Habib Luthfi bin Ali bin Hasyimi bin Yahya)
Jakarta, 28 September 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H