Jadi jangan diharapkan AS dan kawan terdekatnya Arab Saudi dan koalisinya untuk betul-betul menghalau ISIS. Isu yang merebak dari beberapa orang pejabat Amerika telah mengaku dalam memoarnya mereka sendiri termasuk memoar Hillary Clinton mengakui ISIS Buatan AS.
Demikian juga pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei dalam situsnya kembali menyinggung teori konspirasi di mana, dia menuding ISIS buatan Amerika Serikat.
Oleh sebab itu tidak aneh Amerika dan Arab Saudi dan koalisinya adalah pasukan setengah hati , disatu sisi ingin menghalau ISIS tetapi di lain pihak tidak rela bila rezim Bashar al-Assad yang didukung Iran terus bercokol kekuasaannya di negara yang kaya minyak itu.
Jadi ada dua tujuan atau motif yang berbeda kalau boleh disebut berseberangan antara Moskow dan Washington. Moskow mengirimkan dana, senjata, dan personnil militer kelas satu secara besar-besaran ke Suriah untuk memerangi ISIS. Sedangkan Obama hanya memberikan senjata sejumlah uang itupun jatuh ketangan musuh Assad.
Buat Moskow tentu saja untuk memperkuat Assad, berbeda dengan Amerika dan Arab Saudi dan Koalisinya sebagai kedoknya memerangi ISIS akan tetapi dibalik itu semua adalah mempersenjatai oposisi dan ISIS, untuk segera mengganti Presiden Bashar al-Assad.
Alasan bagi Washington dan sekutunya berkeyakinan bahwa Assad tidak memiliki masa depan di Suriah, sehingga tidak membawa keuntungan sedikitpun untuk mempertahankan Assad demi kepentingan AS, dan lebih baik diberikan kepada kelompok oposisi yang bukan syiah, walaupun mereka adalah laskar gelap yang mendapat bantuan dan dukungan ISIS.
Namun demikian namanya saja Amerika dan Arab Saudi memang dua saudara yang sudah tersesat lekat melekat, masih memberikan Presiden Assad berperan sementara untuk mengelabui PBB dan dunia, seperti yang diusulkan oleh Perdana Menteri Inggris, David Cameron.
Seorang diplomat Rusia mengatakan kemungkinan Moskow bergabung dengan koalisi yang dipimpin Washington dalam menghadapi ISIS saat sidang Dewan Keamanan PBB , di mana PBB akan menjadi alat legitimasi kejahatan Moskow dan Washington.
Menurut Sang Diplomat, Rusia dipandang melakukan kejahatan, karena membiarkan Presiden Bashar al Assad membantai rakyatnya. Diperkirakan hingga saat ini perang yang sudah berlangsung selama empat setengah tahun itu, melahirkan tragedi kemanusiaan tiada tara. Lebih 16 juta penduduk Suriah meninggalkan negaranya, dan lebih dari 500 ribu rakyat Suriah tewas akibat perang.
Demikian juga tidak kalah hebatnya Washington melakukan kejahatan perang yang membiarkan kekuatan-keuatan oposisi baik di Irak maupun Suriah yang jelas-jelas didukung ISIS semena-mena membantai, membunuh jutaaan penduduk sipil tak berdosa, Amerika terdiam, kalaupun bergerak hanya pura-pura selama ini hanya bisa memantau dari udara tidak sekalipun turun gelanggang.
Sebenarnya mudah diterka tujuan Amerika terkait penguasaanya terhadap timur Tengah kini halangannya tinggal dua ganjalan penting yang masih gelap, sulit ditembus yaitu Pemerintahan Bashar al Assad di Suriah yang didukung Rusia dan Iran.