Ia sangat sakti bila ia mau, wajahnya bisa terlihat dimana-mana, bisa terlihat di tempat hotel mewah, terakhir dipojok restauran ditemani Dewi Sukesi dan dayangnya Roro Wulan sehabis mendapat wejangan “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”. Pada umumnya penghuni mayapada lebih banyak bingungnya, menebak-nebak siapakah sebenarnya dia.
Ia tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga kehadirannya di jagad kehidupan manusia dan kemanusiaan selama hampir empat tahun cahaya tidak dapat diketahui orang. Karena ia berpakaian yang dapat menutupi semua wajah kehidupannya. Dari muka rambut telinga mata dan seluruh bandannya dibungkus dengan pakaian kesalehan.
Hasil Persidangan Para Dewa Memutuskan
Pertama; Para dewa memutuskan bahwa Sang Maha Yogi Begawan Wisrawa, Dewi Kekayi, dan dayangnya Dewi Rasa Wulan, sebenarnya manusia biasa seperti manusia biasa yang lain bukan sebagai pendita apalagi Resi Sang Maha Yogi.
Ia adalah Rahwana, Wisrawa adalah Rahwana, dan Rahwana adalah Wisrawa. Artinya tanpa Wisrawa dan Kekayi tidak mungkin lahir Rahwana. Pada saat berwujud Wisrawa ia adalah pendita yang diikuti jutaan pendukung setianya, dan beribu-ribu murid bentukannya. Tetapi ketika berwujud Rahwana ia adalah koruptor kelas kakap sehingga rakyat Alengka dibuat miskin.
Kedua; Walaupun para dewa dipastikan mengetahui rahasia jati diri Wisrawa dan Rahwana, akan tetapi oleh para dewa, rahasia itu hanya akan dijadikan file yang tidak boleh dibocorkan kepada siapapun juga. Karena pada hakekatnya kerahasiaan manusia di mayapada dibawah naungan kekuasaan Kahyangan Suralaya, masih menjadi kekuasan para Dewa secara mutlak.
Hal ini semata-mata sifat kasih sayang para dewa kepada manusia di mayapada, yang masih harus dipegang teguh oleh para dewa, tujuannya tidak lain menjaga stabilitas kehidupan dari komunitas manusia itu sendiri.
Ketiga; Para dewa memberikan kelonggaran atau katakan ampunan terhadap permohonan tertentu dari manusia di mayapada terkait hal-hal tertentu terutama untuk menutupi aib atau dosa yang telah diperbuatnya.
Keempat; Kahyangan Jonggring Salaka, adalah kahyangan yang menjunjung tinggi kebersamaan menuju rahmatan lil’alamin semua penghuninya termasuk yang ada di mayapada, dan semua diperlakukan secara adil dan berkeadilan, siapapun yang gemar menuntut ilmu dan bertapa akan diganjar dengan cahaya kemuliaan.
Kelima; Suralaya selalu memotivasi kepada semua manusia di mayapada agar selalu berkarya sebaik mungkin, dalam rangka kemaslahatan bersama.
Keenam; Batara Guru dan jajarannya , pada prinsipnya tidak akan pernah menghukum manusia-manusia di mayapada sepanjang tidak berbuat kesalahan berat yang merugikan manusia lain. Dalam konteks manusia berkarya para dewa memberikan kebebasan tetapi tidak kebablasan.