Jadi dengan membayar Zakat dengan penuh rasa ikhlas, maka setiap muslim sudah mendapat dua kemenangan besar kemenangan sejati, pertama kemenangan dunia dan kedua kemenangan bersifat abadi yang akan dijumpainya di akhirat nanti.
Setiap kaum muslimin yang telah merasa menjalankan perintah Allah dengan rasa ikhlas maka ia telah memperoleh kemenangan sejati, kemenangan hakiki, ia telah berhasil meninggalkan sifat-sifat keduniawiaan, angkara murka dan keserakahan.
Seorang wali Allah akan merasa menang bila ia telah memberikan kemenangan untuk orang lain, bagi seorang wali kemenangan bisa juga diartikan sebagai mengangkat orang lain dari kesusahan dan kekurangan misalnya dengan memberi makan orang lain yang sedang sangat membutuhkannya.
Dari berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan dan membayar zalat, Itulah esensi sesungguhnya dari hari kemenangan. Dalam berbagai peristiwa sejarah di zaman Rasulullah saw, kita selalu membaca bahwa kemenangan demi kemenangan justru terjadi di saat-saat umat sedang berpuasa di bulan Ramadhan.
Kemenangan itu diartikan dengan member, artinya tangan tangan di atas, bukan dibawah atau bukan menerima.
Zakat merupakan ajaran yang sangat luhur mengajarkan setiap kaum muslimin agar dapat berbuat tangan diatas, bukan mengajarkan tangan dibawah, untuk berbuat seperti itu seorang muslim harus belajar bekerja keras, agar dapat berbuat tangan diatas.
Itulah ajaran zakat dan ajaran puasa, misalnya intinya seperti itu. Dengan berpuasa kaum muslimin dilatih untuk pandai mengendalikan diri dari nafsu keduniawiaan. Suka memberi, menyayangi sesama, dan peduli kepada orang tidak punya.
Memenangkan orang lain yang sedang kalah atau dikalahkan, situasi demikian adalah kemenangan yang lebih sejati. Pada saat banyak rakyat berjuang hidup dalam kesengsaraan, saat banyak pengemis tak tertolong, tunawisma belum mendapatkan tempat berteduh; maka hakekatnya kemenangan belum dapat diraihnya.
Menurut ajaran Islam yang hakiki, adalah sangat tidak pantas kalau orang-orang kaya berpesta, dikanan kiri nya masih banyak kaum papa menderita.
Yang demikian bertentangan dengan Islam yang mengajarkan kesalehan dan kedermawanan, etika dalam ajaran Islam sangat mencela hidup berfoya ria dikanan kirinya masih banyak orang yang hidup menderita.
Kalau tetangga kanan kiri kita masih ada kehidupan masyarakat yang menderita kekurangan makan, tidak mempunyai tempat tinggal layak, dan perilaku kita masih tidak memperdulikannya, mengabaikan kewajiban dalam membayar zakat, itu adalah kezoliman, bukan kemenangan.