Ahok melakukan perombakan birokrasi besar-besaran di BPKD, untuk memotong pejabat, pegawai nakal yang sering bermain dalam banyak kasus sengketa tanah milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dengan pihak swasta. Ahok juga melakukan bersih-bersih di lingkungan Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (ULP) yang dinilai banyak bermain dalam setiap proyek atau pembuatan komitmen.
Kehadiran Ahok diibaratkan pisau bermata dua: Sikap tegasnya membuat permasalahan lama Ibu Kota sedikit demi sedikit terurai. Namun ada sesuatu yang mengganjal dalam persoalan kepemimpinan Ahok di DKI, yaitu sifatnya Ahok yang tanpa tedeng aling-aling membuat Ahok tak banyak mendapat simpati.
Ahok juga dipenuhi berbagai hambatan bukan saja secara sosial tetapi yang sangat fatal adalah hambatan politis tekanannya yang dialami Ahok sangat besar, tapi secara yuridis juga banyak perdebatan, ditambah lagi dengan penolakan dari sejumlah organisasi massa sehingga sangatlah besar hambatan yang dihadapi Ahok.
Ahok telah menjadi salah satu aktor utama yang membuat demokrasi kita sangat kompetitif, semarak, menyenangkan, dan penuh gairah. Kita harus bangga dengan demokrasi kita kini. Meski selalu penuh ketegangan, selalu berakhir dengan damai dan saling pengertian. Ahok merupakan salah satu tokoh penting yang ikut menciptakan kondisi ini masyarakat dan ketegasan Ahok, secara umum berbanding 50 - 50. Kesadaran dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan Jakarta Baru. Ahok masih sangat diperlukan karena keberaniannya dan kenekatannya serta kemampuan otaknya yang berlebih jauh diatas rata-rata. Dengan kata lain DKI membutuhkan hanya orang sekaliber Ahok, yang bermental berani atau orang yang urat takutnya sudah putus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H