Diberbagai daerah di Indonesia mayoritas umat Islam sangat antusias menyambut datangnya bulan Puasa, bulan yang sangat ditunggu-tunggu kedatangannya. Mereka semua bergembira dan berbahagia dengan mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan tamu agung, ramadhan sebagai karunia dari Allah Robul’alamin kepada umat Rasulullah Muhammad saw nabi yang paling mulia diantara para nabi.
Telah ada contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau selalu menyampaikan berita gembira kepada para sahabatnya dengan kedatangan Ramadhan atau bulan puasa itu sebagai bulan yang penuh berkah.
Beliau bersabda “Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan Ramadhan bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian utk berpuasa didalamnya. Pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga serta ditutup pintu-pintu neraka….” (HR. Ahmad).
Pada bulan puasa itu dianggap sebagai tamu agung karena didalam bulan puasa itu ada pengampunan dosa, dan dikaruniainya pada bulan puasa itu malam Lailatul Qadar disebut juga malam seribu bulan, malam yang sangat agung.
Siapapun umat islam yang mendapati malam Lailatul Qadar, maka setiap amal kebaikannya akan mendapatkan pahala berlipat-lipat ganda sebanyak amal kebaikan 1000 bulan. Untuk menyambut Kehadiran bulan Ramadhan yang biasa disemarakkan dalam acara “tarhib” ramadhan seringkali dimanfaatkan oleh kaum muslimin sebagai waktu untuk berbenah diri, membersihkan hati. Kebersihan dan kesiapan hati menyambut Ramadhan akan terasa lebih indah jika dicerminkan dari hati yang suci. Karena itu, seringkali kita melakukan persiapan fisik dan mental untuk menyambut bulan puasa selama satu bulan penuh ini.
Kesiapan seperti yang dicontohkan oleh Rosululloh adalah:
Pertama, menyambungkan kembali tali persaudaraan atau mempererat kembali tali silahturahim dengan sanak famili. Bermaaf-maafan dengan tetangga, kawan yang dekat maupun yang jauh, teman, handai taulan. Mereka melakukan itu dengan keyakinan, bahwa dengan menjalin silahturahmi maka semua amal kebaikan dibulan ramadhan akan dicatatkan dalam buku amal sholeh. Sedangkan bagi yang melalikan Silahturahmi, amal-amal dibulan puasa tidak akan dicatatkan sebagai amal shoeh, sampai orang itu kembali menyambungkan tali persaudaraan.
Kedua, banyak menuntut ilmu, mengaji dan menyibukkan diri dengan Al-qur’an. Kembali kepada Al-qur’anul kariim dalam menyambut bulan ramadhan ini baik dengan membacanya, merenungkannya maupun dengan mengamalkan kandungan yang ada didalamnya.
Mendatangi majelis ilmu, atau bisa juga dengan banyak membaca buku yang bermanfaat terutama buku-buku ilmu agama yang berisikan hukum-hukum puasa, supaya dalam melaksanakan ibadah puasa didasari dengan ilmu. Hadratussyeh Imam Al Ghozali berkata:”Ilmu tanpa amal adalah gila, sedangkan amalan tanpa ilmu merupakan amalan yang sia-sia. Jangan menganggap enteng setiap amal, sehingga tidak mempedulikan pondasi ilmu. Mendasari setiap amal dengan ilmu merupakan cerminan perhatian seseorang terhadap kesempurnaan beramal, atau dengan kata lain bahwa ilmu adalah syarat sahnya amal.
Ketiga, banyak-banyaklah bertaubat. Dalam siklus hidup manusia selama 12 bulan, Alalh swt memberikan karunia kepada kaum muslim selama satu bulan untuk membersihkan jiwa yang kotor. Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan.
Setiap kaum muslimin ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya dosa penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan. Allah ta’ala berfirman bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nuur: 31).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.
Ada dua cara dalam bertaubat:
Pertama dengan lisan dengan mengucapkan dzikir istighfar “Saya memohon ampun kepada Allah” dengan kesungguhan hati dan pikiran. Jangan lesannya beristighfar tetapi pikiran dan hati tidak menyatu. Taubat yang kita lakukan bukan sekedar mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi disertai dengan kesadaran hati, agar tidak sampai terulang kembali terjerumus kedalam perbuatan salah dan dosa.
Cara kedua dengan melakukan Shalat taubat sebanyak dua raka’at. Waktunya yang biasa dicontohkan para ulama adalah setelah shalat Isya. Pada raka’at kedua di sujud terakhir itulah kita memohon kepada Allah swt ampunan semua dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi.
Ketiga, Menjaga Shalat baik yang wajib maupun yang sunnah. Sesungguhnya shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab oleh Allah ta’ala dihari kiamat kelak, sebagaimana Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Amalan yang pertama kali dihisab oleh Allah dihari kiamat adalah Shalat.
Shalat dapat mencerminkan amal perbuatan seorang muslim, jika shalatnya baik maka dia akan beruntung dan selamat ,jika shalatnya buruk maka dia akan merugi ” (H.R Ibnu majah). Amalan yang kita kerjakan selama bulan ramadhan tidak akan bernilai disisi Allah jika kita meninggalkan Shalat dan melalaikannya.