Begitu pelit dan kehati-hatinya Ahok mengeluarkan duwit rakyat, meski terhadap anggota Dewan yang dalam resesnya akan melakukan kunjungan kepada konstituennya guna sosialisasi kebijakan Pemerintah DKI Jakarta.
Dalam kaitan ini sebenarnya Ahok sangat terbantu oleh hasil kerja dari anggota Dewan yang masa resesnya digunakan menyambangi masyarakat DKI, sehingga akan diketahui aspirasi publik dan pada gilirannya untuk perumusan dalam Musyawarah Kerja Rencana Pembangunan Daerah.
Akan tetapi, karena sudah terlanjur trauma maka Ahok dalam kebijakannya yang dituangkan dalam Instruksi Gubernur Nomor 24/2015 yang diteken 16 Februari 2015 pada poin 8 memberikan persyaratan yang sangat memberatkan bagi para pengguna Anggaran.
Gubernur DKI Ahok sudah bosan dan tidak percaya lagi dengan cara-cara tak terpuji yang sangat merugikan keuangan DKI sehingga muncul uang siluman, anggaran siluman yang berasal dari usulan siluman.
Siluman-siluman itu baru terdeteksi Ahok , dengan ditemukannya 8000 kegiatan senilai 12 triliun rupiah dalam Anggaran 2014, anehnya muncul setelah pembahasan antara pemerintah dan Dewan.
Itulah Ahok Gubernur yang bikin bingung H Lulung dan seluruh anggota Dewan, karena pelit, berbelit-belit, akhirnya reses tanpa uang reses, malah bikin stres!