Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Usaha Mendamaikan SBY-Mega, Hanya Utopia?

12 Mei 2015   12:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:07 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1431409778750332317

[caption id="attachment_383230" align="aligncenter" width="512" caption="rumgapres/abror rizki Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri berjabatan tangan Presiden SBY saat menghadiri acara pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soekarno di Istana Negara, Jakarta, Rabu (7/11)."][/caption]

Rasa sakit hati sejak 20003yang dirasakan Megawati sebagai IbuPresiden RI rupanya bagaikandian tak kunjung padam. Apakah benar itu sifat seorang wanitapada umumnya atau khususyang dimiliki oleh perempuan Megawatisehingga demikian membaranya rasa dendam politik terhadap SBY , ingat bukan kepada Demokrat! hanya khusus kepada SBY.Muncul ungkapan 'lebih mudah mengecat awan ketimbang mempersatukan SBY-Mega'. Sebenarnya seperti apa jejak hubungan Ketum PD dan PDIP itu di masa lalu, sehingga amatlah sulit keduanyabukan hanya Megawati akan tetapi SBY sebagai seorang laki-laki mantan tentara tetapi berjiwa ........?

Ketika di akhir 2003 Megawati mencium aroma politik , Menko PolkamSBY akan maju mencalonkan diri menjadi Presiden RI pada pemilihan UmumPresiden 2004. Sejak saat itulah bibit perpecahan antara Mega-SBYsudah mulai muncul.Ada saja alasan yang dibuat SBY sengaja membuat isu dan isu. Sifat tidak kasatria SBY mulai jelas kelihatan. Dirinya mengatakan sangat dikucilkan oleh Mega dibanding Menteri-menteri yang lain, yang menjadi alasannya ketika itu adalah SBY tidak dilibatkan dalam pembahasan mengenai Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur tentang Kampanye Pejabat Tinggi Negara.

Alasan Mega sangat rasional , bagaimana mau mengajak SBY sebagai Menkopolkam ikut dalam pembahasan Peraturan Pemerintah sedang kan SBY saat itu tidak ada di Indonesia. Bukankah SBY kala itu sedang berada di RRC atas permintaan sendiri kepada Presiden Megawati .

Dari sejak itulah,bisa disebutkan muncul seorang bawahan Presiden membuka front perlawanan langsung atau secara terbuka menantang konflik dengan Ibu Presiden Megawati. Bahkan SBY dengan sengaja mulai menjauh dari Presiden Megawai, buktinya untuk berkonsultasihasil kunjungan dari Beijing saja disampaikannya lewat surat permohonan kepada Mega. Cara ini dinilai tidakbiasa dilakukan oleh SBY, Keruan saja sebagai Presiden Megawati sangat tidak simpatik menyikapi tidak jantannya sifat SBY.

Akhirnya SBY benar-benar menunjukan seorang menteri dikala itu yang berlatar belakang seorang Militertetapi berjiwa tidak laki-laki. Apalagi berdalih dikucilkan oleh Mega, lantas SBY mengajukan surat pengunduran diri sebagai MenkoPolkam dan sejak saat itu SBY dengan semangat berkobar-kobar menggelorakan Partai Demikrat yang mengusungnya menjadi calon Presiden.

Sejak SBY keluar dari kabinet Mega dan melakukankampanye besar-besaran dengan berpasangan dengan Jusuf Kalla, maka hubungan keduanya SBY-Mega semakin meruncing, dua-duanya saling mengritik dengan sangat tajam yang mengarah kepada pembusukan, baik yang dilakukan oleh SBYterhadap Megawati maupun sebaliknya, bahkan Mega tidak kalah hebatnya bahkan dalam beberpa hal lebih keras dan memojokan SBY, kejadian kejadian perseteruan selalu sangat keras dan berlangsug sampai sekarang.

Biasanya dalam perseteruan atau konflik politik , tidak berlaku istilah perseteruan abadi, atau tidak dikenal istilah kawan abadi, karena yang mengikat dalam kawan atau lawan dalam politik adalah kepentingan. Selama ada kepentingan yang sama maka disitu tidak ada perseteruan atau konflik. Akan tetapi khusus untuk kajian hubungan antara SBY-Megawati semua hukum-hukum alam politik tidak berlaku. Fenomena konflik abadi SBY-Mega diluar kebiasaan. Ada banyak usaha untuk mengikatkan kembali tali silahturahmi SBU-Mega , akan tetapi semua usaha nihil. Megawati masih diam tak bergeming , Cuekin SBY.

Dasar nasib belum berpihak kepada Megawati, selain masih belum mampu menahan rasa amarahnya, perasaan mega menjadi bertambah ngiri dan dengki ketika SBY di tahun 2009 ternyata mampu memenangkan pemilu Presiden yang kedua kalinya mengalahkan pesaing utamanya Megawati dengan angka sangat mencolok.Mega merasa merasa terpukul sangat keras sampai harus bersusah payah membangun kembali kercayaan publik kepada partai berlambang banteng moncong putih PDIP.

Apakah selama itu dari 2004 sampai saat ini belum ada usah-usaha serius dari kedua belah pihak untuk menyatukan kedua tokoh nasional. Tentu saja tidak habis-habisnya dari kedua belah pihak berusaha mendamaikan hubungan antara SBY dengan Mega. Antara lain

PetamaPada 5 Oktober 2004, tepat pada Hari TNI ke-59, ada usaha dari TNI untuk mempertemukan antara SBY dengan Ibu Megawati, akan tetapi nampaknya masih belum jodoh , keduanya gagal bertemu, bagaimana bisa bertemu , tempat duduknya saja sengaja berjarak antara SBY dengan Mega. Entah siapa yang tidak mau untuk berdampingan, SBY nya atau Mega nya sampai sekarang masih serba tertutup.

Kedua ; 30 Mei 2009 Usaha KPU yang sangat terpuji dan perlu diacungkan jempol, mempertemukan SBY dan Mega dalam acara pengambilan nomor undian Pemilu Presiden. Akan tetapi niat baik itu tak berlanjut terjalin komunikasi harmonis yang sebenarnya banyak kalangan yang mengharapkan akan terjadinya hubungan yang lebih cair. Ada jabat tangan tetapi hampa.

Ketiga; Desember 2012, AlmarhumTaufiq Kiemas bersama Puan Maharani, menemui SBY di Istana Negara. Banyak yang mengatakan Taufiq Kiemas sedang menitipkan anak kesayangannya ke SBY sekaligus mencoba menengahi benang kusut komunikasi SBY-Mega. Bahkan Taufiq tak segan beberapa kali bilang PD dan PDIP bisa berkoalisi di Pilpres 2014. Namun Mega beberapa kali tetap tak menghadiri peringatan HUT RI di Istana Negara. Mega kerap memilih menggelar upacara di DPP PDIP di Lenteng Agung atau di Kebagusan, Jakarta Selatan.

Keempat; Nopember tahun 210, Usaha dari Istana ketika ada acara Kenegaraan penyambutan Barack Obama yang dihadiri juga oleh mantan Presiden Megawati Soekarnoputri bersama suaminya Taufiq Kiemas, yang juga Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Akan tetapi sangat disayangkan dalam acara ini tidak menghasilkan momentum lahirnya komunikasi langsung antara SBY-Mega. Sekali lagi Mega tidak mau meladeni SBY untuk berkomunikasi semuanya macet.

Kelima; Nopember 2012, Usaha dari Istana atas kedatangan Mega di Istana Negara, Jakarta, dalam acara pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soekarno-Hatta, menjadi perhatian tersendiri. Putri Soekarno itu akhirnya kembali berhadapan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jabat tangan pun dilakukan keduanya. Tentunya tanpa cium pipi kiri dan kanan. Bagaimana mau cipika cipiki, wong SBY saat pidato saja sikap Mega tidak mau menatap ke mimbar SBY berpidato, yang dilihatin hanya sekeliling ruangan Istana ,...kangen kali.

Terakhir, 10 Maret 2013 , Usaha dari MPR, SBY berjabat tangan dengan Megawati saat Taufiq Kiemas menerima gelar doktor kehormatan, 10 Maret 2013 di Gedung DPR. Pada saat itu antara SBY dengan Ibu Mega juga sempat berjabat tangan dan sedikit dibumbui dengan saling senyum, akan tetapi sekali lagi tidak berlanjut dengan saling berkomunikasi, padahal sangat diharapkan oleh semua yang hadir di gedung MPR/DPR itu, mereka semua mengharapkan tetapi sekali lagi tidakberhasil, mungkin perlu dua tangan SBY untuk memicu senyum Megawati lebih lama disertai dengan ucapan basa-basi apa saja terserah Ibu Mega. Namun demikian Jabat tangan terakhir ini dianggap lebih berkualitas karena senyum manis Megawati bisa muncul.

Indonesia membutuhkan kualitas pemimpin yang mengedepakan keikhlasan dan kerelaan untuk berkorban untuk orang lain, bukan pemimpin yang yang mementingkan nafsu pribadi, bukan pemimpin yang jual mahal untuk memaafkan orang lain, bukan pemimpin yang jual mahal untuk sekedar memberikan salam keselamatan kepada pihak lain. Bangsa ini memang membutuhkan senyuman yang tulus ikhlash para pemimpinnya. Bangsa ini tidak memerlukan tontonan yang hanya memperlihatkan dendam dan ego pribadi, bangsa Indonesia tidak membutuhkan pemimpin yang mengagungkan nama pribadi, Tetapi bangsa ini membutuhkan pemimpin yang amanah, pintar, adil dan berani!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun