Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pekikan Naga Ahok Membuat Haji Lulung Mendadak Pendiam!

2 Mei 2015   09:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:27 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1430532875336815512

[caption id="attachment_381289" align="aligncenter" width="544" caption="Foto: Warta Kota/adhy kelana:Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok "][/caption]

Setelah menjalani pemeriksaan selama 9 jam Kamis 30/4 dalam kasus dugaan korupsi Uninterruptible Power Supply (UPS),Wakil Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta Abraham Lunggana, pria yang akrab disapa Haji Lulung,banyak mengalamai perubahan sikap dari yang biasanya ramah kepada siapa pun yang ditemuinya kali ini H Lulung lebih banyak diam.

Saya ridak tahu persis situasi di dalamnya ketika seseorang sedang diperiksa oleh penyidik Polri, sebab setiap seseorang yang pernah mengalami pemeriksaan oleh Polri pada umumnya banyak mengalami perubahan sikap. Biasanya menjadi pendiam tidak banyak ngomong lagi, seperti ketika sebelum dilakukan pemeriksaan oleh penyidik Polri.

Dan yang paling saya apresiasi terhadap para penyidik Polri adalah hasil pemeriksaan terhadap si pasien tersangka korupsi hasilnya lumayan akurat. Berhasil mendiagnosis jenis penyakit, penyebab penyakit, sampai jenis obat yang harus diberikan kepada si pasien tersangka korupsi tersebut. Oleh sebab itu, nantinya akan lebih banyak diketahui yang terlibat langsung tindak pidana korupsi di DKI, baik dari kalangan birokrasinya maupun para anggota legislatifnya.

Naga-naganya ke arah itu sudah mulai kelihatan, lihat saja seperti halnya H Lulung, sifat orang ini sebelumnya sangat gembira dalam menghadapi suasana bagaimanapunkerasnya, akan tetapi setelah diperiksa Polri, sifat-sifat yang semula banyak ngomong tiba-tiba berubah drastis menjadi pendiam. Seolah-olah H Lulung sedang menghadapi hantu sebesar gunung, sontak menjadi ketakutan sekujur badannya, takut ngomong, takut menatapkan matanya yang semula garang seketika menjadi layu, sebelum berkembang.

Itulah yang saya tangkap dari tulisan banyak media massa  tentang H Lulung pasca diperiksa para penyidik Polri terkait kasus-kasus dugaan korupsi Uninterruptible Power Supply (UPS). Kali ini saya akanflash backbeberapa pekanke belakang, bagaimana hebatnya H Lulung mempermainkan, melecehkan, bahkan menghina Ahok sebagai pribadi bahkan Lulung berani bersikap terlalu kelewatan terhadap Ahok selaku gubernur DKI.

Saya gambarkan saja, dua orang ini H Lulung dan Ahok yang masuk kelas akselerasi di lembaga pendidikan top nasional, karena DKI adalah gudangnya yang serbatop dari kekayaannya atau jumlah anggarannya, mutu manusianya, semangat kerjanya, narkobanya, begalnya, macetnya, banjirnya, sampai pada korupsinya.

H Lulung berasal dari pribumi kaya, keluarga terhormat dalam tanda petik, menguasai preman-preman pasar Tanah Abang, didukung organisasi etnik terbesar, kaya raya, bicaranya ceplas-ceplos kepada siapa saja seperti Buto Cakil yang tidak pernah merasa takut kepada hantu mana pun, karena dia sendiri adalah temannya hantu. Kini menghadapi orang baru masuk di Gedung Terhormat DKI sebagai Gubernur karena hoki saja sesuai dengan namanya AHok.

AHok ini berasal dari etnik Tionghowa, masuk kelompok minoritas, Kaya tetapi hasil dari dagang kerja keras, bicaranya ceplas-ceplos tetapi spesial untuk hal-hal pelanggaran disiplin, penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan, korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Ringkas ceritera pada awalnya kompetisi mereka berdua berjalan seimbang, hal ini menunjukkan kecerdasan mereka berdua beda-beda tipis, tetapi giliran menghadapi problem-problem yang membutuhkan analisis tinggi, H Lulung mulai keteter.

Ibarat sebuah kompetisi di kelas akselerasi, antara Lulung dengan AHok Gubernur DKI, kini perjalanan Hidup H Lulung sudah masuk babak lanjutan yang sebelumnya diawali dengan babak perkenalan antara H Lulung dengan Ahok. Di babak perkenalan H Lulung banyak memamerkan dirinya kepada Ahok mulai dari kekayaannya, kepinterannya, kedermawanannya, kealimannya, dan yang akhirnya Lulung memperkenalkan kepada Ahok, dirinyalah yang paling anti-KKN.

Sedangkan Ahok memperkenalkan dirinya tidak lebih dari seorang pejabat DKI yang harus bekerja keras, bekerja dengan jujur sesuai amanat rakyat, dan yang menjadi obsesi Ahok adalah memberantas korupsi di DKI yang sudah sangat parah, sebagai gudangnya para koruptor.

Karena Ahok dan Lulung masuk dalam kelas akselerasi, maka masing-masing sudah mulai mengeluarkan keterampilan berkarya dan kecerdasannya masing-masing. Mereka berdua benar-benar mengeluarkan kekuatan otak kanan dan otak kiri karena masing-masing secara optimal.

Sehingga mereka berdua sudah mulai ketahuan kekuatan dan kelemahan masing-masing terutama pada posisi H Lulung si teladan dari Tanah Abang ini masih dinilai mampu menyaingi keterampilan dan kecerdasan AHok.

Ahok bekerja sesuai dengan tugas dan keahliannya, pertama yang dilakukan adalah menyelamatkan Anggaran Daerah yang dimiliki DKI yang cukup besar itu tidak lagi dapat diperlakukan semena-mena hanya untuk kepentingan elite tertentu.

Sebagai salah seorang lulusan Prasetya Mulya pada konsentrasi Manajemen Keuangan, Ahok dibantu dengan daya penciumannya yang sangat tajam, langsung dapat mengendus bahwa di dalam APBD DKI banyak penyelewengan yang dilakukan oleh Anggota Dewan dan petinggi DKI Jakarta.

Persaingan ini adalah ada dalam kelas akselerasi, maka antara Ahok dan Lulung sudah mulai mengeluarkan keterampilan berkarya dan kecerdasannya masing-masing. Mereka berdua benar-benar mengeluarkan kekuatan otak kanan dan otak kiri secara optimal. Bagi Lulung untuk mempertahankan status quo penikmat APBD DKI, sedangkan untuk Ahok membongkar jaringan status quo koruptor yang sudah menggurita.

Sehingga mereka berdua sudah mulai ketahuan adanya benturan-benturan kekuatan yang mengakibatkan munculnyakelemahan masing-masing terutama pada posisi H Lulung si teladan dari Tanah Abang ini yang mulai terdesak oleh kemampuan, keterampilan, dan kecerdasan AHok.

Misalnya saja, H Lulung kalah dalam membendung konsep AHok mengenai kebijakan Gubernur untuk merelokasi pedagang kaki lima (PKL) Tanah Abang. Yang selama ini menjadi lahan subur bisnisnya H Lulung. Bila akan direlokasi jelas H Lulung akan menderita kerugian uang masuk dari sewa-menyewa lapak secara liar akan mengalami turun drastis.

KemarahanH Lulung membangkitkan emosi mencari-cari celah agar Ahok dapat dilengserkan dari gubernur DKI. Siapa sangka Ahok sangat tangguh, padahal ilmu Lulung yang telah dikeluarkannya untuk menekan Ahok sudah maksimal.

Tetapi Ahok masih berdiri tegak malahan kelihatan semakin kuat dan berwibawa. Saling serang dengan gaya masing-masing antara gaya politisi PPP dengan gaya bicara Ahok yang menggeledegmemerahkan telinga menusuk hati H Lulung dan kawan-kawannya.

Dan yang sangat menghebohkan dalam sejarah pemerintahan DKI Jakarta adalah ketika Ahok mengeluarkan pernyataan yang sangat menghebohkan bukan hanya untuk Lulung, akan tetapi menyebar luas sehingga banyak yang bakalan terkena imbas dari “Pekikan Naga” dari AHok.

Ahok menyebutkan, ada anggota DPRD yang memotong 10-15 persen dana anggaran pada program unggulan dalam RAPBD DKI 2015, lalu dialokasikan untuk program-program bernilai total Rp 12,1 triliun yang menurut dia tidak penting.

Akibat “Pekikan Naga” dari Ahok yang sangat menggemparkan itu sudah beberapa petinggi di pemerintahan DKI dan anggota DPRD DKI yang diperiksa Polisi terkait anggaran siluman diantaranya dalam bentuk  penggelembungan anggaran UPS itu terjadi dalam APBD DKI Jakarta 2014.Yaitu pemeriksaan terhadapPejabat Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat dan Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Utara memasukkan anggaran 49 paket UPS senilai Rp 300 miliar bagi sejumlah sekolah. Kerugian negara akibat korupsi pengadaan UPS ini mencapai Rp 50 miliar.

Dua tersangka dalam kasus itu yang telah ditetapkan adalah Alex Usman, pejabat pembuat komitmen pengadaan UPS di Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat, dan Zaenal Soleman, pejabat pembuat komitmen proyek itu di Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Pusat.

Kini Giliran HLulungdananggota Komisi E DPRD Fahmi Zulfikar diperiksa sebagai saksi terkait dengan kasus pengadaan Uninterruptible Power Supply(UPS).Alangkah hebatnya “Pekikan Naga” dariAhok membuat Haji Lulung Mendadak Pendiam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun